Kamis 20 May 2010 19:18 WIB

Arungi Lautan, Tenggelam, Basah Kuyup, Tetap Ikuti Tutorial

Red: Endro Yuwanto
Perahu motor/ilustrasi
Foto: wordpress.file
Perahu motor/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Jarak Pulau Binongko ke Pulau Wangi-wangi di Sulawesi Tenggara, tak bisa dibilang dekat. Jika warga Binongko hendak ke Wangi-wangi, mereka harus mengarungi Laut Flores dan setidaknya melalui tiga pulau kecil lainnya.

Butuh waktu sekitar tiga jam dengan mengendarai perahu motor untuk tiba ke Wangi-wangi dari Binongko. Tapi, perjalanan yang demikian jauh dan berbahaya, tak menyurutkan tekad sepuluh mahasiswa program pendidikan dasar (pendas) Universitas Terbuka (UT) untuk menuju Wangi-wangi guna mengikuti tutorial tatap muka.

Sepuluh mahasiswa yang juga berprofesi sebagai guru SD itu melakukan perjalanan dengan perahu motor. Nahas, di tengah perjalanan, perahu mereka terbalik.

Untunglah sepuluh mahasiswa UT itu berhasil diselamatkan oleh perahu nelayan. Bukannya kembali pulang, mereka justru memilih meneruskan perjalanan untuk mengikuti tutorial di Wangi-wangi.

”Dalam kondisi basah kuyup mereka tetap hadir dalam kelas tutorial,” tutur Koordinator Bantuan Belajar dan Layanan Bahan Ajar (BBLBA) Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) UT Kendari, Obed Bida, belum lama ini.

Menurut Obed, kesepuluh mahasiswa itu terpaksa menempuh perjalanan laut untuk mengikuti tutorial di Wangi-wangi lantaran di Binongko tak ada kelompok belajar (pokjar) mahasiswa UT.

Tutorial, kata Obed, adalah layanan bantuan belajar kepada mahasiswa UT yang bersifat akademik. Dalam tutorial, kegiatan belajar mahasiswa dilakukan di bawah bimbingan tutor sebagai fasilitator.

Tutorial tatap muka, kata Obed, dilaksanakan oleh UPBJJ-UT dan UT-Pusat (Fakultas). Tutorial dilakukan sebanyak 8 kali  dalam satu semester dan mahasiswa diberi tugas sebanyak 3 kali. Tutor berasal dari dosen PTN/PTS dan telah terakreditasi.

”Dari pengalaman perahu motor terbalik itu, mereka kemudian terinspirasi membentuk pokjar di wilayahnya sendiri,” ujar Obed.

Kebersamaan dan kekompakan sepuluh mahasiswa UT dari Binongko itu, kata Obed, kini menjadi contoh guru-guru di Binongko. ”Mereka sekarang sudah lulus dan mengajar kembali, serta ada yang menjadi koordinator pokjar,” jelasnya.

Manfaat keloompok belajar

Lebih jauh Obed mengatakan, saat ini di UPBJJ UT Kendari sudah ada 83 pokjar yang menaungi sekitar sembilan ribu mahasiswa UT. ”Keberadaan pokjar-pokjar itu sangat membantu karena Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari puluhan pulau,” cetusnya.

Pokjar, kata Oben, merupakan mitra kerja sama UPBJJ-UT dalam pengelolaan tutorial tatap muka. ”Pokjar bisa ditempatkan di Kantor RT/RW, atau sekolah,” katanya.

Ketua Pokjar di wilayah Laenea, Sulawesi Selatan, Priandono, mengatakan, pokjar berguna untuk mengumpulkan mahasiswa dalam suatu pertemuan, baik untuk tutorial maupun untuk menjelaskan program dan aktivitas UPBJJ-UT Kendari. ”Pokjar sangat penting perannya, karena banyak masalah teknis menjadi kendala, seperti kesalahan dalam urusan administrasi kemahasiswaan,” ungkapnya.

Menurut Priandono, masalah teknis yang paling sering timbul antara lain masalah nilai. Contohnya, mereka mengaku sudah membayar SPP tetapi tak lulus. Kadang-kadang ikut ujian tetapi nilai tidak keluar. Sudah dinyatakan lulus tapi ijazah belum keluar. Bayar SPP tetapi tidak cukup.

Kendala lainnya masih banyak. Seperti jauhnya tempat tinggal. “Masalah transportasi memang menjadi kendala mereka mengikuti tutorial. Kendala geografis, karena itulah pokjar sangat diperlukan,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement