Rabu 03 Nov 2010 07:45 WIB

Jamaah Masih Mengeluhkan Layanan Bus Haji

Rep: pr/ Red: taufik rachman
Angkutan umum menjadi alternatif saranan transportasi jamaah haji
Foto: media centre haji
Angkutan umum menjadi alternatif saranan transportasi jamaah haji

REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH --Transportasi jamaah haji Indonesia menggunakan rasio 1:700. Satu bus melayani 700 penumpang. Rasio ini berbeda dengan rasio transportasi jamaah haji Turki yang hanya 1:400. "Akibatnya, di lapangan bus Turki terlihat lebih banyak dibandingkan dengan bus Indonesia," ujar Wakil Kepala Daker Makkah Bidang Transportasi, Tatan Rustandi, Senin (1/11).

Tatan dimintai komentarnya soal banyaknya keluhan dari jamaah mengenai lamanya waktu tunggu kedatangan bus di dua pekan menjelang puncak haji. Akibatnya, banyak jamaah memilih naik taksi. "Setelah 3-4 kali bus Turki lewat, bus kita baru satu yang datang," ujar Muhammad Yusar, jamah Kloter 9 Riau, asal Bengkalis.

Bahkan, mereka juga mengeluhkan layanan khusus yang diberikan kepada jamaah DKI yang dijemput bus di depan pondokan. Mereka dilarang ikut naik bus jamaah DKI. "Kami miris diperlakukan oleh sesama bangsa seperti itu," ujar Yusar.

Tak boleh naik bus DKI, Wan Edi Saman malah bisa menumpang bus Turki ketika hendak ke Masjidil Haram atau pulang dari Masjidil Haram. "Turki tapi seleranya tinggi. Kami tak perlu bayar naik bus Turki," ujar jamaah Kloter 15 Padang itu.

Jamaah Kloter 15 Padang yang baru tiba di Makkah, Ahad (31/10) dinihari, banyak yang ditolak bus jamaah DKI. "Kami baru sampai, setelah umrah perdana, pagi harinya mau ke Haram lagi. Bus di depan pondokan dikiranya untuk kami semua, ternyata hanya untuk jamaah DKI," ujar H Fuadi Nawawi, ketua Kloter 15 Padang.

Jamaah Kloter 15 Padang, Kloter 9 Riau, dan Kloter 9 Jakarta, menempati satu rumah pondokan di Sektor III di Ring II. Untuk bisa ke Masjidil Haram, jamaah dilayani bus Sapcto, sementara jamaah DKI dijemput bus khusus yang diadakan oleh Pemprov DKI. Di wilayah lain di Ring II, jamaah dilayani bus Ummul Quroyang harus transit di terminal Kudai. Tapi, Senin (1/11) siang, di terminal Kudai tak terlihat ada bus Ummul Quro yang mengangkut jamaah dari pondokan atau sebaliknya, maupun bus Tamimi yang mengangkut jamaah dari Kudai ke Masjidil Haram atau sebaliknya.

Senin (1/11), Ketua Sektor III Daker Makkah, Sulhan Hamid, memberikan keterangan khusus mengenai keberadaan bus DKI itu kepada jamaah Kloter 15 Padang. Penjelasan itu diberikan karena para jamaah mengeluh akibat tak boleh naik bus DKI yang menunggu penumpang di depan rumah pondokan. "Bus DKI itu disediakan khusus oleh Pemprov DKI. Bus jamaah yang kami sediakan untuk wilayah sini adalah bus Saptco," jelas Sulhan.

Di Sektor III, bus menaikkan dan menurunkan penumpang di depan rumah 307. Jamaah dari Padang dan Riau yang tinggal di rumah 313 harus berjalan kaki sekitar 10-15 ke rumah 307. Setelah sampai di depan rumah 307 pun harus menunggu bus hingga 20-30 menit.

Menurut jamaah DKI, satu sektor disediakan tiga bus yang mengangkut mereka dari pondokan ke Masjidil Haram.Beberapa jamaah DKI mengaku sebelum berangkat ke Tanah Suci dapat arahan dari Gubernur DKI, Fauzi Bowo, soal angkutan khusus jamaah DKI itu. Bus itu, menurut Abdulrab, Ibnu Ghazali, Sugiyanto, dan Herawati Nur (ketiganya jamaah dari Jakarta Selatan) memang khusus untuk jamaah DKI. Tapi, jika ada kursi kosong, jika ada jamaah laoin mau menumpang, diperbolehkan ikut. "Cuma, petugasnya takut kena sanksi dari perusahaan, jika menaikkan jamaah dari daerah lain," ujar Ibnu Ghazali.

Menurut Tatan, pemerintah juga ingin rasio bus Indonesia mencapai 1:400 seperti bus Turki. Tapi, kontrak dengan operator bus, rasionya 1:700. "Kedatangan bus lama karena bus harus keliling dulu. Kalau titik keberangkatan di satu wilayah lebih dari satu, kedatangan bus bisa dipercepat," ujar Tatan.

Tahun ini, pengoperasian bus jamaah menggunakan system shuttle. Bus terus berputar, hanya berhenti di halte untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Sistem ini menggantikan system tahun lalu: Bus menjemput jamaah di rumah pondokan.

Tatan menyatakan di awal kedatangan jamaah Indonesia di Makkah, jarak kedatangan antarbus (headway) bus masih 20 menit. Semakin mendekati puncak haji, jarak kedatangan dipersempit menjadi 3-5 menit. Tapi, di lapangan, hingga dua pekan menjelang puncak haji, banyak jamaah yang menunggu bus hingga 20-30 menit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement