Selasa 04 Jan 2011 06:47 WIB

Natalie Portman Menderita dan Hampir Mati demi 'Black Swan'

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Natalie Portman dalam Black Swan
Foto: AP
Natalie Portman dalam Black Swan

REPUBLIKA.CO.ID, Aktris Natalie Portman akhirnya mengaku, jadwal ketat menyiksa yang harus ia jabani untuk peran terbarunya sebagai penari balet dalam Black Swan sempat membuat ia takut bahwa ia akan mati. Bintang berusia 29 tahun itu kehilangan 10 kilogram dari bobot tubuhnya--yang awalnya sudah terlihat langsing--demi peran tersebut.

Ia memakan menu lebih sedikit, hanya wortel dan kacang almond dalam diet yang menyiksa dan menghabiskan delapan jam perhari untuk latihan menari. Natalie, yang diramalkan meraih Oscar untuk penggambaran penari prefeksionis, ambisius sekaligus putus asa itu berkata, "Ada beberapa malam yang membuat saya berpikir saya benar-benar akan mati," ujarnya.

Dalam pekan yang sama, ketika ia mengumumkan kehamilannya dan pertunangan dengan koreografernya di Black Swan, Benjamin Millepied, kepada Entertainment Weekly ia berkata film itu sungguh menguras fisik dan tenaganya. "Itu pertama kali saya memahami bagaimana anda bisa terbungkus dan terserap sepenuhnya dalam peran yang dapat membuat anda jatuh," ujarnya.

Sang aktris yang mengalami retak tulang rusuk saat latihan balet juga berkomentar,"Semua pebalet sepertinya selalu menari dengan cedera ekstrem. Bukan hanya sakit otot, mereka kadang menari dengan lutut terkilir, leher terpuntir atau semacamnya."

"And akan melihat mereka melakukan hal-hal luar biasa lalu begitu meninggalkan panggung, langsung menuju tempat es untuk mengompres cedera. Bagian dari seni adalah menyembunyikan seluruh rasa sakit." tuturnya.

Film yang akan ditayangkan perdana di Inggris bulan ini telah menerima ulasan beragam dari para penari balet sendiri. Seorang pebalet dari Ballet British Columbia, Racheal Prince, mengatakan karakter Natalie dalam film itu terlalu dilebih-lebihkan.

"Ia mengalami anoreksia, bulimik dan gila," ujar penari berusia 26 tahun itu. "Tak saya pungkiri setiap penari berjuang dengan hal-hal kecil di sana-sini, namun untuk satu orang yang berjuang dengan setiap masalah di luar sana membuat kita (pebalet-red) terlihat gila."

Pebalet Inggris, Gillian Murphy, pimpinan penari di American Ballet Theater juga mengkritik film itu atas penggambaran dunia balet yang ia nilai "mengejutkan dan mengganggu".

Namun sang sutradara, Darren Aronofsky, bersikeras bahwa ia juga mendapat respon positif berimbang. "Banyak pebalet yang akhirnya mengaku luar biasa lega bahwa akhirnya ada film balet yang mengusung balet sebagai seni serius, bukan hanya tempat untuk urusan cinta," ujarnya. Meski ia mengakui bahwa film itu penuh dengan hal-hal berbau 'ketat'

"Hampir tak ada uang untuk membiayai film, jadi kita harus berjuang ekstra keras di banyak waktu. Mungkin yang baru saya ketahui bahwa satu-satunya orang yang menderita akibat siksaan adalah Natalie, yang hidup dari wortel dan almond," ujarnya.

Dunia balet sudah lama berperang melawan tuduhan bahwa mereka tutup mata terhadap gangguan pola makan yang diderita para pebalet. Black Swan, sepertinya menghidupkan kembali debat itu, membandingkan dunia balet dengan industri fesyen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement