Ahad 26 Sep 2021 03:32 WIB

China Evergrande Group Punya Utang Global Rp 270,902 Triliun

Evergrande melewatkan tenggat waktu pembayaran obligasi dolar AS minggu ini.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Logo Evergrande Group.
Foto: wikipedia.org
Logo Evergrande Group.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China Evergrande Group memiliki tumpukan utang terbesar di dunia, yakni sekitar 19 miliar dolar AS atau setara Rp 270,902 triliun (kurs Rp 14.258 per dolar AS). Hal ini mengakibatkan gelombang di pasar global, dan spekulasi menjadi liar terkait Beijing akan campur tangan untuk mencegah keruntuhan yang tidak teratur bagi perusahaan.

Seperti dilansir dari laman Bloomberg, Sabtu (25/9) di pasar kredit sebaliknya kekurangan hasil yang menarik dan situasi tertekan yang besar, yang menarik perhatian dana investasi AS yang mencari taruhan baru.

Dana termasuk Saba Capital Management Boaz Weinstein dan Redwood Capital Management Ruben Kliksberg mulai membangun posisi obligasi perusahaan, sementara bank-bank Eropa meyakinkan investor bahwa mereka memiliki eksposur terbatas ke pengembang bermasalah. Investor besar lainnya memiliki eksposur ke perusahaan sebelum kesengsaraan terbaru, dengan beberapa memilih untuk mempertahankan sebagian besar posisi mereka.

Dilansir Reuters, Sabtu (25/9), perusahaan melewatkan tenggat waktu pembayaran obligasi dolar AS minggu ini dan sikap diamnya tentang masalah ini telah membuat investor global bertanya-tanya apakah mereka harus menelan kerugian besar ketika masa tenggang 30 hari berakhir.

China Evergrande New Energy Vehicle Group mengatakan tanpa investasi strategis atau penjualan aset, kemampuannya untuk membayar staf dan pemasok dan kendaraan produksi massal akan terpukul. Keheningan Evergrande pada pembayaran bunga 83,5 juta dolar AS pada minggu ini kontras dengan perlakuannya terhadap investor domestiknya.

Pada Rabu, bisnis properti utama Evergrande di China mengatakan telah bernegosiasi secara pribadi dengan pemegang obligasi dalam negeri untuk menyelesaikan pembayaran kupon terpisah pada obligasi berdenominasi yuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement