Jumat 01 Jul 2011 19:17 WIB

Dalam Kemegahan Jakarta, Penduduk Miskin Ibu Kota Bertambah 51 Ribu

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ibu kota bukan hanya pusat kemewahan, di dalamnya juga ada gambaran gamblang ketimpangan sosial.

Diluar gedung-gedung tinggi dan pusat bisnis, penduduk miskin Jakarta kian meningkat. Kini jumlah warga miskin naik 51,24 ribu jiwa pada Maret 2011, menjadi 363,42 ribu jiwa, dibandingkan Maret 2010 yang berjumlah 312,18 ribu jiwa.

"Jumlahnya sekitar 3,75 persen dari 9,6 juta jiwa penduduk Jakarta," kata Kepala Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, Agus Suherman, di Jakarta, Jumat (1/7). Agus menyebut kemungkinan kenaikan jumlah penduduk miskin itu disebabkan naiknya besaran garis kemiskinan (GK) yang dipicu oleh inflasi.

Ukuran GK tahun 2011 naik menjadi sebesar Rp355.480 per kapita per bulan. Angka itu meningkat cukup nyata dibanding tahun 2010 yang sebesar Rp331.169 per kapita per bulan.

Peningkatan itu dipicu oleh naiknya tingkat inflasi dari bulan Maret 2010 sebesar 3,49 persen menjadi 5,95 persen pada bulan Maret 2011. "Jadi yang disurvei adalah penduduk miskin yang merupakan penduduk dengan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan," kata Agus.

Laju inflasi di tahun 2011 tinggi disebabkan kenaikan harga-harga makanan dan minuman yang memicu kenaikan garis kemiskinan, tambah Agus.

Agus mengatakan ada dua komponen dalam perhitungan GK yaitu GK Makanan dan GK non-makanan dimana GK Makanan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari.

Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komiditi seperti padi-padia, umbi-umbian, ikan, daging, telu dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dan lain lain.

Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai GK tahun ini adalah beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, dan telur ayam ras. Sementara, komoditi non-makanan yang berpengaruh yaitu biaya perumahan dan listrik, pemeliharaan kesehatan, dan pendidikan.

Sementara, GK non-makanan adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi ini diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komditi di pedesaan.

Temuan BPS itu merupakan suatu kemunduran dimana pada tahun 2010 Pemprov DKI Jakarta mampu mengurangi angka kemiskinaan dibandingkan tahun 2009 yang berjumlah 323,17 ribu jiwa atau turun sebesar 10,99 ribu jiwa.

Angka itu juga mengalami penurunan dari tahun 2008 dimana jumlah jumlah penduduk miskin mencapai 379 ribu jiwa namun pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin Jakarta rupanya kembali meningkat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement