Jumat 05 Aug 2011 13:50 WIB

Din Syamsudin: Islam Bisa Jadi Kekuatan Kebangkitan Ekonomi

Rep: heri purwata / Red: Krisman Purwoko
Din Syamsudin
Din Syamsudin

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Indonesia jangan hanya mengantisipasi kebangkitan Cina sebagai negara maju, tetapi harus bisa memberikan respon terhadap pemicu kebangkitan tersebut. Sebab tidak tertutup kemungkinan Indonesia yang mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang banyak dan nilai-nilai Islam yang dijadikan sebagai landasan untuk kebangkitan ekonomi seperti Cina.

Demikian ditandaskan Din Syamsudin, Ketua Umum PP Muhammadiyah dalam Pengajian Ramadhan Pimpinan Pusat Muhammadiyah 1432 H dengan tema ‘Ideologi Muhammadiyah dan reaktualisasi Islam yang berkemajuan dalam peradaban kontemporer’ di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jumat (5/8). Selain pengajian juga dilakukan seminar nasional dengan tema ‘Transformasi teologi dan reaktualisasi etos kerja Islam dsebagai respon terhadap pergerakan peta geoekonomi, geopolitik dan geobudaya global ke Cina.’

Seminar ini diselenggarakan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jumat-Ahad (5-7/8). Seminar menampilkan pembicara Dr Ing Ilham Akbar Habibie, Dr Bambang Sudibyo, Prof Bambang Cipto, Dr H Haedar Nashir, Prof H Yunahar Ilyas, Prof H Syamsul Anwar, Dr Usman Arif, Dr Dahlan Iskan.

Dijelaskan Din, pertumbuhan ekonomi Cina dalam beberapa tahun terakhir sangat luar biasa. Cadangan devisanya mencapai 14 triliyun dolar Amerika Serikat. Diprediksikan dalam tahun 2116 mendatang, cadangan devisanya akan mencapai 19 triliyun dolar Amerika Serikat. “Jika itu tercapai, berarti sudah melampaui Amerika Serikat yang hanya memiliki cadangan devisa 17 triliun dolar Amerika Serikat. Cina akan menjadi negara terkaya di dunia,” tandas Din.

Keberhasilan Cina, lanjut Din, berkat usaha keras, disiplin dan penghematan dalam menggunakan keuangan negara. Sikap ini dipengaruhi nilai-nilai dari ajaran konfusianisme yang diamalkan oleh pemimpin dan rakyatnya. “Dasar kebangkitan ini sama dengan etika Protestan yang bisa menggerakkan Eropa,” katanya.

Din optimistis jika Indonesia bisa seperti Cina. Hanya saja, untuk mewujudkannya masih ada kendala. Di antaranya, Islam di Indonesia sulit bersatu dan umat Islam masih terjebak pada spiritual statis. Jika kendala ini bisa di atasi, 50 tahun ke depan Indonesia bisa seperti Cina. “Karena itu, dalam seminar ini diharapkan bisa merumuskan kembali etika dan moralitas Islam untuk kemajuan,” tandasnya.

Sementara menurut Prof H Syamsul Anwar, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah mengatakan tujuan seminar ini untuk menggali berbagai bahan pengetahuan dan informasi tentang tantangan dan peluang yang mungkin timbul dari kebangkitan Cina. “Selain itu, juga untuk memrumuskan tuntunan etos kerja Muslim, serta memperoleh pemikiran baru dan kontekstual tentang etos Islam yang kontributif bagi kemajuan peradaban global yang adil dan tidak bernuansa kolonialisme,” kata Syamsul. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement