Rabu 12 Oct 2011 08:17 WIB

Perkebunan Kelapa Sawit Perparah Pencemaran Sungai Batanghari

Rep: nuraini/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,JAMBI---Pencemaran Sungai Batanghari yang mengalir di wilayah Provinsi Jambi dinilai semakin parah. Hal ini terlihat dari warna air yang mulai menguning dan keruh. Padahal, sungai terpanjang di pulau Sumatera itu merupakan sumber mata air utama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat.

Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Hasvia menuding alih fungsi lahan dari hutan menjadi perkebunan kelapa sawit merupakan factor utama penyebab semakin keruhnya Sungai Batanghari. Selain itu, munculnya pertambangan batu bara dan emas putih menambah polutan di sungai tersebut. “Sebelum marak perkebunan kelapa sawit, warna air sungai masih bening. Sekarang ini sudah kuning keruh, “ ujarnya, Selasa (11/10) petang.

Sungai dengan panjang sekitar 3.322 km itu, menurutnya banyak mendapat pencemaran di daerah hulu. Padahal, sungai tersebut menjadi muara sejumlah sungai seperti sungai Batang Sangir, Batang Tebo, dan Batang Tembesi. “Di hulu sungai banyak penambang emas putih yang mencemari hingga hilir, “ ujarnya.

Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Batanghari, Garendel Siboro membenarkan pencemaran di Sungai Batanghari semakin parah. Penyebab pencemaran tersebut semakin maraknya kebun kelapa sawit baik di Jambi maupun di Sumatera Barat.  “Selain kebun sawit yang marak, illegal logging juga masih ada dimana-mana, “ ujarnya.

Kerusakan di Sungai Batanghari bakal mengancam sumber air minum warga setempat. Hal ini lantaran hampir 70 persen sumber air di PDAM Provinsi Jambi mengambil dari Sungai Batanghari. “Kalau tidak segera dibenahi, masyarakat terancam kehilangan sumber air minum, “ tegasnya.

Dia menilai usaha pengerukan sedimentasi di Sungai Batanghari pun seakan sia-sia. Hal ini lantaran sedimentasi berasal dari kerusakan di bagian hulu sungai. “Kalau hulu tidak diperbaiki, sedimentasi di Sungai Batanghari akan terus-terusan terjadi, “ ujarnya.

Untuk mengatasi kerusakan di Sungai Batanghari, Garendel mengaku pihaknya telah membentuk tim bersama yang terdiri dari pengelola Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari dari Solok Selatan hingga Kota Jambi. Mereka mendesak perbaikan DAS Batanghari menjadi peraturan daerah di Pemprov Sumbar dan Jambi. “Kalau jalan dari hulu Batanghari, semua sudah menjadi perkebunan sawit. Industri itu yang harus menjadi perhatian pemerintah, “ ujarnya.

Selain mendesak regulasi, akses masyarakat untuk mengelola hutan juga perlu dibuka. Hal ini untuk meningkatkan kepedulian masyarakat sekitar DAS untuk menjaga kelestarian hutan. “Ilegal logging masih marak, kalau masyarakat setempat diberikan akses mengelola hutan, mereka bisa lebih peduli sekitar, “ ujarnya.

Sungai Batanghari merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatera yang memotong pulau itu menjadi dua bagian jika dilihat mulai dari hulu hingga hilir. Sungai tersebut memiliki panjang hampir empat kali lipat Sungai Musi. Sungai Batanghari berhulu di Provinsi Sumatera Barat dan bermuara di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement