Senin 28 Nov 2011 13:43 WIB

Bruce Arena, Sosok Langka Sepakbola AS

Rep: Agung Sasongko/ Red: Didi Purwadi
Bruce Arena
Foto: AP/Bret Hartman
Bruce Arena

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ibarat mencari jarum dalam tumpukan jerami, itulah perumpamaan yang tepat untuk menggambarkan posisi sosok Bruce Arena dalam kancah sepakbola AS. Maklum saja, sepakbola bukanlah olahraga favorit masyarakat AS. Jadi wajar, sulit menemukan pelatih sekaliber Arena di AS.

Di awal, Arena dikenal sebagai pelatih yang sukses menangani tim sepakbola Universitas Virginia. Di universitas tersebut, ia menjadi pelatih kepala selama 18 tahun dan sukses membawa Virginia menjadi juara nasional selama lima kali (1989, 1991, 1992, 1993, dan 1994). Pada masa mudanya, Arena juga merupakan seorang pemain sepak bola.

Kesuksesan Arena dalam menangani tim sepakbola Universitas Virginia, ia lalu direkrut klub DC United. Ia tak butuh waktu lama menangani DC United untuk meraih trofi pertama. Di musim perdana Liga Profesional Amerika (MLS), Arena membawa DC United menjadi kampiun. Ia membawa anak asuhnya mengalahkan LA Galaxy di final.

Puncak kesuksesan Arena bersama DC United terjadi pada musim 1999. Ia berhasil membawa DC United menjuarai Liga Champions Concacaf setelah mengalahkan wakil Meksiko, Toluca, dengan skor 1-0. Ia menambah trofi dengan mendatangkan Piala Interamerican dengan mengalahkan wakil Brasil, Vasco Da Gama, 2-1.

Latih Timnas

Melihat keberhasilan Arena, federasi sepakbola AS (USSF) menunjuk Arena sebagai pelatih timnas AS. Saat itu, AS hancur lebur dalam Piala Dunia 1998. Ia menggantikan Steve Sampson yang dianggap gagal.

Dalam debutnya menangani timnas AS, Arena berhasil membawa AS ke Piala Dunia 2002 di Korea Selatan dan Jepang. Di pertandingan awal, Arena membawa AS mengalahkan Portugal 3-2 pada laga penyisihan grup. Arena pun menutup kiprah sukses The Sam's Army melaju ke babak perempat final. Namun, mereka kalah dari Jerman 0-1 lewat tandukan kapten Michael Ballack.

Pada Piala Dunia 2006 Jerman, AS menempati Grup E bersama Cheska, Ghana dan Italia. Di laga awal, AS kalah dari Cheska dan Ghana. Di laga akhir, AS menahan seri Italia 1-1.

AS pun gugur di babak penyisihan grup Piala Dunia 2006. Hasil buruk ini mendapat kritik dari mantan punggawa timnas seperti Eric Wynalda. Menurtu Wynalda, Arena dianggap salah strategi yang memaksakan pola 4-5-1 dan tidak memainkan Claudio Reyna.

Kegagalan itu membuat Arena mundur. Meski demikian, dia mampu membawa AS menang 71 kali sepanjang 1998-2006. Prestasi Arena terbilang sangat baik ketimbang pendahulunya. Ia menempatkan sepakbola AS menjadi terhormat dan disegani oleh negara-negara lain. Arena selanjutnya digantikan asistennya Bob Bradley.

Tangani Klub Lagi

Selepas menangani The Sam's Army, Arena diminta menangani klub MLS New York Red Bulls. Sayang, Arena tidak tertalu sukses menangani tim kosmopolitan ini. Ia hanya bertahan dua musim 2006-2007 dengan rekor 16 kali menang, 16 kali seri dan 10 kali kalah.

Tak beberapa lama, tepatnya 18 Agustus 2008, LA Galaxy merekrutnya. Dia menggantikan Ruud Gullit.

Kedatangan Arena segara disambut publik The Depot Center --markas LA Galaxy-- dengan harapan tinggi. Sebab, kala itu LA Galaxy membutuhkan perombakan. Maklum, semenjak 2005, LA Galaxy tidak meraih satu gelar pun.

Setibanya, Arena pun berjanji akan memberi gelar juara bagi Galaxy. "Ketika saya datang, saya melihat tim ini layak untuk membawa trofi kembali ke pantai timur," komentar Arena ketika itu.

Benar saja, dengan segudang pemain bertalenta macam Landon Donovan, Omar Gonzalez, AJ DeLA Garza, Donovan Ricketss, plus suntikan pengalaman David Beckham, tim ini mampu menjadi juara di tahun 2009. "Prioritas saya adalah lebih dekat dengan pemain dan mencoba strategi berbeda," kata Arena sebelum memulai musim baru MLS.

Pemain Galaxy begitu menikmati arahan Arena dalam meladeni setiap laga MLS. Ia bangun keseimbangan dengan menggabungkan antara kharisma, mental jawara dan pengalaman David Beckham dan Landon Donovan dengan kekuatan pemain muda bertalenta dan pekerja keras. Hasilnya, LA Galaxy meraih gelar ketiga pada musim 2011 dengan mengalahan Houston Dynamo 1-0 lewat gol tunggal Landon Donovan.

Dengan deretan prestasi itu, sekiranya cukup pantas untuk mendaulat Bruce Arena sebagai pelatih terbaik yang pernah dimiliki AS. Kariernya di LA Galaxy masih panjang, apalagi dengan modal pemain muda berbakat yang tengah ditanganinya. Arena pun hanya menunggu hasilnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement