Rabu 06 Jun 2012 12:35 WIB

Pendidikan Musik Klasik, Perlukah?

Red: Heri Ruslan
Maria Immaculata Setiadi
Foto: dokpri
Maria Immaculata Setiadi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Maria Immaculata Setiadi*

Biaya hidup makin tinggi, biaya sekolah makin sulit, perlukah sebenarnya kita menginvestasikan dana dan waktu ke pendidikan musik klasik? Mengapa pendidikan musik, terutama musik klasik, bidang yang seringkali dianggap hanya untuk sekedar hobi saja, sebenarnya layak dan perlu mendapat perhatian lebih di masyarakat?

Penulis, yang bersyukur karena mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan musik hingga jenjang pendidikan tinggi S-2 dengan dukungan Beasiswa Unggulan Kemdiknas Indonesia di bidang musik pertunjukan piano berbagi pengalaman.

 

Belajar musik adalah hal yang sederhana sekaligus kompleks. Sederhana karena musik adalah bagian dari kehidupan sehari–hari yang natural (contohnya: coba saja hitung dalam sehari, berapa kali kita mendengar nada, bersiul, atau  mendendangkan lagu apapun bentuknya).

Musik juga bisa dijadikan hobi, dalam pengertian, keterampilan yang bisa dimiliki lewat rasa suka dan ingin tahu, yang tidak selalu membutuhkan pendidikan formal. Di sisi lain, belajar musik itu kompleks dan unik karena bermain alat musik melibatkan banyak aspek ketrampilan antara lain: keterampilan fisik (kemahiran teknik untuk memainkan alat musik), keterampilan  musikal (pengertian akan musik dan musikalitas), dan keterampilan mental (antara lain: keterampilan untuk menghafal, latihan secara mental, visualisasi, pendengaran mental).

Lebih lanjut lagi, bermain musik di hadapan publik memberi kesempatan pada pemainnya untuk mengembangkan kepercayaan diri, pembentukan identitas, serta keterampilan untuk berelasi dengan orang lain khususnya dalam permainan musik bersama. Alasan lain yang dapat kita pertimbangkan adalah melalui satu bidang studi, musik, banyak sekali aspek pembentukan intelektual dan pribadi yang bisa diasah.

Hal ini karena musik, jika bisa dikatakan demikian, adalah kombinasi antara seni dan ilmu pengetahuan.  Dikatakan seni musik karena unsur keindahan dan estetika yang ia miliki yang dapat mengasah kemampuan otak kanan, kreativitas, perasaan, dan imajinasi.

Tidak dapat dilupakan juga adalah aspek musik sebagai ilmu karena musik memiliki unsur sejarah dan  logika matematis melalui pengetahuan yang diperlukan untuk mampu memberi interpretasi yang tepat untuk berbagai jenis musik, pemahaman teori dan unsur ritmik dalam musik yang memerlukan kemampuan otak kiri.

Mari kita lihat contohnya pianis A yang memainkan resital solo piano dengan durasi 1 jam. Untuk ketrampilan fisik, pertama – tama ia perlu memiliki stamina untuk memainkan alat musik 1 jam (hampir seperti atlet) dan kemampuan teknik untuk memainkan lagu yang ia persembahkan. 

Untuk keterampilan musikal, ia perlu mengetahui latar belakang sejarah dan komposer dari lagu yang ia mainkan sehingga ia bisa memberikan interpretasi yang tepat (Historically Informed Performace) dan memiliki kemampuan artistik untuk bisa memainkan lagu tersebut secara musikal.

Dalam proses belajarnya, ia perlu memiliki beberapa keterampilan mental antara lain: untuk mencapai ide artistiknya, ia perlu memiliki dan mengembangkan daya imajinasi untuk bisa mengeksplorasi kemampuan tekniknya untuk mencapai ide tersebut (contoh: membuat warna suara tertentu, membuat nuansa dalam musik yang berbeda – beda); ia perlu mengembangkan strategi untuk menghafalkan musik (khususnya untuk pianis) yang sering kali meliputi kemampuan visualisasi dan pengertian akan harmoni melalui pendengaran bayangan (inner hearing).

Dalam waktu pertunjukannya, keterampilan mental yang ia perlukan juga meliputi penguasaan psikologi pribadi untuk mengatasi kondisi yang sulit (seperti tekanan untuk tampil prima di hadapan banyak orang) dan kemampuan untuk mengatasi fenomena pertunjukan seperti kemampuan berimprovisasi dan merespon kondisi akustik, kemampuan komunikasi musikal dengan penonton, dan lain–lain.

Jika dalam pertunjukan tersebut kebetulan juga melibatkan lebih dari satu pemain, seperti pertunjukan musik kamar atau orkestra, kemampuan untuk bersosialisasi dengan orang lain baik secara langsung maupun musikal jugalah penting. Semua keterampilan ini terus diasah dalam jangka waktu tertentu (biasanya untuk menyiapkan satu konser tunggal dengan kualitas profesional, dibutuhkan waktu yang cukup lama) sehingga dalam prosesnya ia juga diajarkan untuk mengembangkan disiplin diri, ketekunan, rasa bersyukur, empati, dan lain–lain.

 

Melihat semua unsur tersebut, musik yang adalah bagian dari kehidupan sehari-hari, memiliki kemampuan untuk mengembangkan kepribadian seseorang untuk mengerti lebih jauh identitasnya sebagai manusia karena lewat musik –- terutama musik klasik, dapat dikembangkan aspek -– aspek kepribadian secara menyeluruh.

Musik juga dapat menjadi jembatan antar budaya dan komunikasi yang merupakan hal yang penting di masyarakat di zaman globalisasi ini. Maka dari itu, pendidikan musik, mengapa tidak?

*Penulis adalah mahasiswa S-2 tahun terakhir di Royal College of Music, London, jurusan musik pertunjukan piano, di bawah bimbingan Prof. Nigel Clayton. Studi penulis saat ini dimungkinkan karena adanya dukungan Beasiswa Unggulan Kemdiknas Republik Indonesia, serta RCM Gordon Calway Stone Scholarship dengan Evelyn Tarrant dan Henry Wood award, The Seary Charitable Trust, Craxton Memorial Trust, dan  The Leche Trust. Penulis dapat dikontak di [email protected]

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement