Jumat 22 Jun 2012 08:40 WIB

Mengutamakan Kejujuran dalam Berniaga

Red: Heri Ruslan
Berdagang (ilustrasi).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Berdagang (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr HM Harry Mulya Zein

 

Belum lama ini pemerintah mengeluarkan peraturan menghentikan impor buah dan sayur. Belakangan diketahui, produk holtikultura itu banyak mengandung lilin sehingga membahayakan kesehatan.

Bahkan biasanya menjelang Ramadhan atau Idul Fitri nanti, banyak produk makanan yang dijual pedagang mengandung zat-zat kimia berbahaya seperti formalin. Sebagian pedagang hanya mengutamakan keuntungan, meski telah merugikan pembeli.

Sungguh sangat memprihatinkan melihat fenomena  ini. Sepertinya, sebagian pedagang, sudah meninggalkan nilai-nilai kejujuran dalam berniaga.

Dalam Islam sudah benar-benar ditegaskan bahwa ketika kita berdagang, maka harus mengutamakan kejujuran. Jangankan menggunakan bahan-bahan yang mengandung zat berbahaya yang dapat merusak kesehatan, mengurangi takaran timbangan pun telah dilarang dalam agama Islam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran, yang berbunyi:

Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.”(QS. Al-Muthaffifin [83]: 1-3).

Dalam ayat lain, Allah SWT juga menegaskan kepada umat Islam untuk tidak sekali-kali mengurangi takaran timbangan. Hal itu sebagaimana Allah tegaskan dalam Alquran “Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu” (QS ar-Rahman [55]: 9).

Dalam suatu riwayat dikemukakan, ketika Rasulullah tiba di Madinah, diketahui bahwa orang-orang Madinah termasuk orang-orang yang paling curang dalam takaran dan timbangan.

Maka Allah menurunkan ayat tersebut sebagai ancaman kepada orang-orang yang curang dalam menimbang. Setelah ayat ini turun, orang-orang Madinah termasuk orang yang jujur dalam menimbang dan menakar (diriwayatkan an-Nasa'i danIbnu Majah).

Dalam sebuah hadits, Rasul juga pernah bersabda, “Riba itu, sekalipun hasilnya banyak (menguntungkan), sesungguhnya akan berakibat pada kekurangan (kerugian).” (HR. Ahmad).

Dengan ayat-ayat di atas, Islam mengajarkan kepada umat-Nya agar selalu tidak taku akan kehilangan rezeki. Bahwa Allah SWT telah menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya dan menciptakan manusia dengan segala keunggulannya, termasuk didalamnya, telah diatur kemudahan rezekinya.

Islam juga mengajarkan bahwa setiap umat-Nya untuk selalu tawakal dan menyakini bahwa Allah telah menyediakan fasilitasuntuk manusia mencari rizki sebanyak-banyaknya, untuk kepentingan dunia dan akhirat.

Dialah yang menjadikan Bumi itu mudah bagi kamu,maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan Hanya kepada-Nya-lahkamu (kembali setelah) dibangkitkan (Q.S. al-Mulk : 15).

Terakhir, kita harus meyakini, Allah SWT merupakan pemilik segala-galanya yang ada di muka bumi. Jangan pernah takut akan kehilangan rezeki dalam berdagang. Utamakan selalu kejujuran untuk kemaslahatan bersama.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَا تَقْرَبُوْا مَالَ الْيَتِيْمِ اِلَّا بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ حَتّٰى يَبْلُغَ اَشُدَّهٗ ۚوَاَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيْزَانَ بِالْقِسْطِۚ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَاۚ وَاِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوْا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبٰىۚ وَبِعَهْدِ اللّٰهِ اَوْفُوْاۗ ذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَۙ
Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, sampai dia mencapai (usia) dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Apabila kamu berbicara, bicaralah sejujurnya, sekalipun dia kerabat(mu) dan penuhilah janji Allah. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu ingat.”

(QS. Al-An'am ayat 152)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement