Jumat 24 Aug 2012 13:18 WIB

Pakar: Jangan Gunakan Kebakaran Sebagai Komoditas Politik

Red: Dewi Mardiani
Kebakaran di Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (6/8) malam WIB.
Kebakaran di Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (6/8) malam WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar tata kota, Yayat Supriatna, meminta para pendukung dua calon gubernur yang bersaing dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta 2012 untuk tidak menggunakan musibah kebakaran sebagai komoditas politik. "Setiap bencana pasti meninggalkan kedukaan. Jangan dijadikan komoditas politik. Menurut saya, kalau itu dilakukan merupakan sebuah pelanggaran politik," kata Yayat Supriatna saat dihubungi di Jakarta, Jumat (24/8).

Yayat mengatakan menghadapi para korban kebakaran bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah karena berkaitan dengan kerugian material, kedukaan psikologis, hingga traumatis. Dia meminta supaya tidak mengeksploitasi kedukaan korban bencana.

Di sisi lain, dia mengatakan kejadian kebakaran yang banyak terjadi belakangan ini merupakan bukti bahwa tata kelola permukiman di Jakarta masih carut-marut. "Siapa pun gubernur yang terpilih nanti, memiliki tugas untuk menuntaskan carut-marutnya tata kelola permukiman. Jangan sampai saat kebakaran terjadi, gubernurnya ikut 'kebakaran jenggot'," katanya.

Apalagi, menurut dia, kebakaran yang terjadi akan ikut menambah jumlah orang miskin baru. Kemiskinan hingga saat ini masih menjadi persoalan di Jakarta yang harus ditangani oleh gubernur baru.

Selama Ramadhan hingga Idul Fitri, Polda Metro Jakarta Raya mencatat terjadi 66 kebakaran sejak 21 Juli hingga 20 Agustus dengan berbagai macam penyebab. Penyebab kebakaran terbanyak adalah arus pendek (korsleting) listrik sebanyak 35 kasus, ledakan kompor atau tabung elpiji (tiga kasus) dan penyebab lainnya (28 kasus).

Di beberapa media sosial, sempat tersiar kabar bahwa kejadian kebakaran itu berkaitan dengan pemilihan gubernur DKI Jakarta 2012. Ada yang menyebutkan bahwa kebakaran itu disengaja untuk mengurangi kantong-kantong massa salah satu calon.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement