Sabtu 08 Jun 2013 22:58 WIB

Jajaki Kerja Sama Monorel, Jabar Teken LoI dengan CMC

Rep: rachmat santosa basarah/ Red: Heri Ruslan
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menandatangani nota kesepahaman atau LoI (Letter of Intent) dengan President CMC Wang Xusheng dari China National Machinery Import and Eksport Corporation (CMC) terkait kerjasama Monorel
Foto: Rahmat Santisa Basarah/Republika
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menandatangani nota kesepahaman atau LoI (Letter of Intent) dengan President CMC Wang Xusheng dari China National Machinery Import and Eksport Corporation (CMC) terkait kerjasama Monorel

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING--Pemprov Jabar menjajaki kerja sama pembangunan Monorel dengan perusahaan daerah milik negara Cina, China National Machinery Import and Eksport Corporation (CMC).

Penjajakan pengembangan monorel ini ditandai dengan penandatangan letter of inten (LoI) dengan pihak CMC. Penandatangan dilakukan oleh Ahmad Heryawan serta President and Deputy Secretary of Party committee Wang Xusheng, Sabtu (8/6/) di kantor CMC, Beijing, Cina.

"Ini menindaklanjuti kunjungan CMC ke Jawa Barat beberapa pekan lalu. Atas undangan CMC, kami ke sini dan melihat langsung seperti apa Monorel di sini, Setelah penandatanangan ini, rencananya pemerintah Jabar akan membentuk tim, begitu juga CMC. Nantinya, kedua tim akan terus berkoordinasi untuk menindaklanjuti rencana pembangunan ini,'' tegas Gubernur Heryawan usai penandatanganan LoI. Ia berharap  tim gabungan nantinya bisa bekerja cepat. Sehingga pembangunan monorel di Bandung bisa segera terlaksana.

"LoI ini tentu akan kita tindak lanjuti dengan dasar-dasar hukum yang berlaku. Pelaksanaan penjajakan kerja sama ini akan dilakukan melalui langkah-langkah dan dalam waktu yang tepat. Pemerinah Jabar tentunya akan melibatkan tim WJPMDM (West Java Province Metropolitan Development Management)," tambah Heryawan. WJPMD akan bertugas untuk memberi arahan yang jelas mengenai tujuan,sasaran, cakupan dan detail dari rencana induk Metropolitan Bandung yang akan disusun. Serta mengorganisasikan pihak-pihak yang tertarik untuk terlibat dalam proses penyusunannya.

Dikatakan Heryawan, secara umum investasi Cina di Jawa Barat khususnya sudah berjalan. Beberapa proyek sudah dilakukan. Antara lain i pembangunan waduk Jatigede, tol Cileunyi-Cirebon serta beberapa pembangunan industri tenaga uap di Cirebon dan Indramayu.

"Bidang transportasi belum ada. Dengan monorel ini,  bisa menjadi kerjasama transportasi pertama dan Monorel bisa menjadi moda transportasi pertama di Indonesia," ungkapnya.

Penandatangan LoI tersebut disaksikan para pimpinan perusahaan CMC. Gubernur  Ahmad Heryawan juga  didampingi Asisten IV Bidang Administrasi Pemprov Jabar Iwa Karniwa, Kepala Dinas Bina Marga HM Guntoro serta Kepala Dinas Parawisata Nunung Sobari.

Pada kesempatan tersebut, President CMC Wang Xusheng mengungkapkan bahwa perusahaannya merupakan //leader// dalam pengembangan industri monorel di Cina. Menurut Xusheng, selain CMC, nantinya ada beberapa perusahaan lain yang tergabung dalam konsorsium terkait penjajakan kerjasama ini.

Diakui Xusheng, konsep Monorel sangat cocok diterapkan pada kota-kota yang padat dan memiliki kontur lahan yang sulit. ''Konsep Monorel ini selain murah, massal, juga tidak bersuara serta bisa menjadi daya tarik pariwisata tersendiri,'' papar Xusheng. Konsep Monorel yang dibangun di Cina, menggunakan bantalan atau roda dari ban kendaraan pada umumnya. Sehingga tidak bising dan nyaman.

Sehari sebelumnya, Gubernur Heryawan dan rombongan sempat 'menjajal' Monorel ini di Chongqing, Cina. ''Ternyata sangat luas dan nyaman. Sangat cocok sebagai upaya mengatasi persoalan transportasi di Bandung Raya,'' tandas Heryawan.

 

 BUMD Leading Sector

Sementara dalam LoI yang ditandatangani kedua belah pihak, disebutkan bahwa BUMD akan menjadi leading sector dalam penjajakan kerja sama pembangunan Monorel ini. Ini merupakan salah satu poin. BUMD nantinya akan melaksanakan proses rencana dan pendampingan pembangunan monorel di Bandung Metropolitan.

Selain itu, LoI juga berisi rencana penjajakan kerjasama sebagai landasan bagi penyusunan Rencana Induk Bandung Raya sebagai dasar pengembangan wilayah dan sistem transportasi massal atu sering disebut Mass Rapid Transit (MRT) yang terintegrasi di wilayah Metropolitan Bandung Raya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement