Selasa 18 Jun 2013 00:15 WIB

Sabun Aleppo, Akankah Tinggal Kenangan?

Red: M Irwan Ariefyanto
Sabun Allepo
Foto: guardian
Sabun Allepo

REPUBLIKA.CO.ID,Sabun Aleppo. Inilah produk kebanggaan Kota Aleppo, Suriah. Di balik bentuknya yang sangat sederhana, sabun ini menyimpan kekayaan sejarah yang amat panjang. Sabun yang kondang di seantero Timur Tengah dan berbagai belahan dunia itu diyakini sebagai sabun tertua di dunia.

Sabun ini pertama kali diperkenalkan kepada tentara Perang Salib di Eropa pada abad ke-11. Meski demikian, sabun Aleppo bisa jadi telah ada jauh sebelum itu. Sebab, Aleppo menjadi pusat pembuatan sabun sejak sebelum zaman Nabi Isa AS.

Berbeda dengan sabun mandi pada umumnya, sabun Aleppo hanya dibuat dari bahan-bahan alami, yaitu minyak zaitun, minyak pohon bay (laurel), air, dan soda. Minyak zaitun berfungsi sebagai pelembab, sedangkan minyak laurel sebagai pembersih. “Kami tidak mengubah sedikit pun resep sabun kuno ini,” kata Nabil Andoura, seorang yang mewarisi bisnis sabun kuno itu secara turun-temurun dari keluarganya.

Selain keluarga Andoura, terdapat belasan keluarga lain yang menjalankan bisnis sabun secara turun-temurun. Ada keluarga Fansa, Zanabilly, dan lain-lain. Di pabriknya, Andoura memproduksi sabun dengan komposisi minyak zaitun 88 persen dan 12 persen minyak laurel.

Selain bahan-bahannya yang serba alami, cara pembuatan sabun ini pun sangat istimewa. Bayangkan, dibutuhkan waktu hampir satu tahun untuk membuat sabun ini. Andoura, pria asli Aleppo yang berusia 56 tahun, bercerita, setelah adonan sabun mengeras, kemudian dipotong-potong dan dibiarkan kering selama enam bulan hingga satu tahun, bahkan bisa sampai tiga tahun supaya awet.

Tak seperti sabun batangan masa kini yang tampil dengan potongan-potongan yang halus dan rapi, sabun Aleppo tampil sangat apa adanya. Potongannya kasar dengan bentuk kotak seberat masing-masing seperempat kilogram. Itulah ciri khasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement