Ahad 21 Jul 2013 21:07 WIB

Media Massa Islam Harus Lawan Isu Mainstream

Rep: Amri Amrullah/ Red: Citra Listya Rini
Televisi (Ilustrasi)
Televisi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gencarnya arus informasi di era reformasi membuat media sebagai kekuatan baru yang begitu kuat. Namun, kekuatan berita dan informasi saat ini, tenyata tidak ansih muncul dari kekuatan publik Indonesia yang mayoritas umat Islam. 

Menurut seorang Penulis buku 'Kezaliman Media Massa Kepada Umat Islam', Mohamad Fadhilah Zein untuk menyikapi hal itu, media Islam harus memilih dan berkewajiban melawan arus isu mainstream. 

"Pentingnya media dakwah sebagai sarana melawan isu mainstream tersebut," kata mantan Jurnalis di TVone ini dalam diskusi dan bedah buku di Aula Buya Hamka, Majid Al Azhar, Ahad (21/7).

Saat ini, kata Zein, media massa besar dan mainstream yang ada di Indonesia dimiliki pemilik modal yang non muslim atau berafiliasi pada golongan politik yang tidak mendengarkan aspirasi umat Islam. Akibatnya, umat islam hanya tersingkir di pinggiran dan terombang kambing dalam permainan isu dan kepentingan. 

"Saat ini bisa dicek siapa saja pemilik modal dari setiap media massa besar," jelasnya. Menurutnya, pemilik modal di grup besar media berafiliasi secara terang-terangan hanya untuk kepentingan politik dan golongan. Kepentingan ini seringkali menyingkirkan hak dan kepentingan umat islam. 

"Sehingga sekarang umat islam semakin dikaburkan dengan mana berita dan informasi yang fakta dan mana yang dusta," terangnya. 

Untuk itu, pentingnya penguasaan media massa. Termasuk pentingnya umat Islam Indonesia dihimbau cerdas menyikapi informasi saat ini, dengan selalu bertabayun atau mengkroscek data dan mengklarifikasi informasi yang muncul dari setiap berita dan informasi yang dari setiap media massa sekarang.

Selain itu, kewajiban kepada umat islam, yakni membuat gerakan media baru dan memilih media Islam yang bisa melawan gerakan media mainstream. Ini bisa dilakukan oleh gerakan muda umat islam yang melawan dari pinggir.

Zein mencontohkan pemberitaan terorisme. Asosiasi Jurnalis Indonesia (AJI) mencatat ada kesalahan dalam peliputan jurnalisme, diantaranya kurangnya klarifikasi data berita dan wartawan yang selalu menjadi corong narasumber dari informasi yang belum diklarifikasi. Semuanya itu, kata dia, bermuara ke satu kesimpulan, yakni umat islam intoleran dan pelaku kekerasan. 

"Inilah pentingnya media massa Islam melawan isu mainstream media yang didominasi non muslim," terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement