Rabu 24 Jul 2013 07:07 WIB

Proyek Tambal Sulam Jalan Pantura

Red: M Irwan Ariefyanto
Maman Sudiaman
Foto: Indra Wisnu Wardhana
Maman Sudiaman

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Maman Sudiaman (Kepala Newsroom Republika)

[email protected]

Monumen Nasional (Monas ) yang diresmikan Presiden RI pertama Soekarno setinggi 132 meter masih tegak berdiri. Demikian pula Waduk Juanda, Jatiluhur yang diresmikan tahun 1957 sampai detik ini masih mengairi enam turbin yang ada di danau ini hingga mampu mengaliri ribuan rumah dan industri dengan penerangan listrik.

Sementara Tol Jagorawi yang dibangun selama lima tahun (1973-1978) hingga saat ini masih mulus dilalui kendaraan. Namun, tiba-tiba kita dibuat capek mendengar sejumlah elite politik atau bahkan pejabat sekalipun yang kerap mengumbar janji pada rakyat. Apalagi janji itu berkaitan dengan ‘proyek abadi‘ perbaikan jalan pantai utara (pantura) Jawa.

Janji bahwa perbaikan jalan tahun 2013 ini akan jauh lebih baik dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Tak cuma aspek kualitas fisik proyek yang menelan anggaran sebesar Rp 1 trilliun itu lebih baik, tapi percepatan waktu yang dipatok tuntas sebelum Lebaran pun diumbarnya melalui media massa. Tak akan ada lagi perbaikan berat di sepanjang jalur ini, jalur aman dan nyaman dilalui kendaraan. Larangan melintas selama Lebaran berlaku bagi kendaraan berbobot berat semisal truk dan serta catatan para pewarta yang mewawancarainya.

Pejabat ini lupa, cuaca yang tak menentu bisa memengaruhi kualitas pengerjaan proyek jalan. Ingat, musuh utama jalan tak hanya kendaraan yang melebihi bobot kekuatan jalan, melainkan juga lantaran hujan. Ya, akibat hujan, banyak jalanan tak cuma pantura, sebagian ruas jalan di Ibu Kota pun mulai bopeng-bopeng atau bergelombang bak gulungan ombak buatan di Taman Impian Jaya Ancol.

Anomali cuaca ditandai dengan hujan yang nyaris mengguyur jagat Tanah Air ini berlangsung selama hampir sepanjang tahun. Tak terkecuali di jalur proyeknya pertama kali digarap Deandles ini, kondisinya sangat ekstrem mulai dari hujan ke terik mentari di hari yang sama.

Masih terbayang keluh kesah para pengguna jalan di sepanjang pantura Jawa yang tersiksa karena macet. Macet lantaran jalanan kondisinya sudah buruk, berlubang hingga arus kendaraan baik besar maupun kecil hanya bisa melaju perlahan. Belum lagi debu serta terik mentari menyengat disertai embusan angin laut berbaur dengan gas buang dari ribuan knalpot kendaraan beragam jenis melengkapi perjuangan para pemudik yang dari tahun ke tahun terus saja bertambah jumlahnya. Pada puncak kemacetan, petugas gabungan baik polisi, dishub, dan lainnya seolah tak mampu mengendorkan ketatnya antrean yang terus menerus membeludak.

Sudah saatnya masyarakat tak terbebani lagi dengan permasalahan klasik seperti ini. Kasihan masyarakat. Napas mereka sudah ngos-ngosan mengejar dan menjangkau harga-harga sembako yang dari waktu ke waktu terus merangkak naik tanpa kompromi.

Usulan agar dilakukan betonisasi untuk proyek pengerjaan jalan pantura patut menjadi pertimbangan pembuat kebijakan. Termasuk juga upaya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang bakal meneliti kebenaran atas tudingan aksi penggelembungan dan penyimpangan nilai proyek patut mendapat dukungan semua pihak.

Secara umum, pengerjaan proyek jalan yang kontraknya sudah diteken di Kementrian Pekerjaan Umum sebanyak 2.378 pekerjaan dengan total nilai Rp 20,98 triliun. Tentu bukan pekerjaan mudah menangani proyek jalan yang cukup banyak yang memenuhi standar muatan sumbu terberat (MST) yang ditentukan serta aspek kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jalan.

Patut dicontoh pelaksanaan proyek khususnya jalan di Malaysia. Saking mulus dan lebarnya jalanan di negeri jiran ini, menjadikan kebanggaan tersendiri bagi masyarakatnya. Seorang sopir bus di kawasan Central Kuala Lumpur dengan bangganya menyebut bahwa semua proyek fisik khususnya jalan berjalan lancar karena tak digerogoti oleh korupsi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement