Home >> >>
Pengamat: Caleg Perempuan Harus Perhatikan Masalah Kesehatan
Sabtu , 22 Mar 2014, 12:40 WIB
Antara
Sejumlah calon legislatif sedang meneliti daftar caleg di KPU

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat kesehatan Rita Ramayulis menilai calon anggota legislatif (caleg) perempuan yang sedang berjuang memperebutkan kursi di parlemen harus lebih fokus dan memperhatikan masalah kesehatan perempuan yang selama ini banyak diabaikan.

"Kita perlu menempatkan perempuan di parlemen dan kita berharap sekali mereka ini akan memperhatikan masalah kesehatan, khususnya terkait kesehatan perempuan," kata Rita Ramayulis di Jakarta, Sabtu (22/3).

Ibu empat anak itu berpendapat selama ini banyak program-program kesehatan tidak berjalan dengan optimal karena kurang mendapat dukungan dari parlemen. Padahal isu kesehatan kerap kali erat kaitannya dengan perempuan terkait masih tingginya angka kematian ibu di Indonesia.

"Selama ini program kesehatan yang penting yang tidak bisa berjalan karena anggaran tidak cukup, selain itu dari sisi kebijakan juga tidak didukung," katanya.

Rita menilai hal itu dilatarbelakangi karena belum dipahaminya arti penting program-program kesehatan perempuan di kalangan anggota legislatif.

Oleh karena itu celah tersebut harus diisi oleh caleg perempuan yang nantinya diharapkan bisa memperjuangkan kaumnya di parlemen dari sisi kebijakan kesehatan.

"Program-program kesehatan ini juga berhubungan erat dengan perempuan misalnya kesehatan reproduksi, pemberian gizi keluarga, asi ekslusif, ini semuanya terkait dengan perempuan. Jadi caleg perempuan harus menyadari benar fakta ini," katanya.

Ia meminta caleg perempuan agar terlebih dahulu membekali diri dengan pengetahuan yang memadai terkait kesehatan agar kelak ketika duduk di kursi parlemen mampu menyuarakan hak-hak kesehatan bagi kaum perempuan di tanah air.

Sementara itu caleg perempuan dari Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Dapil DKI Jakarta III Bea Larasati Iskandar menyatakan siap memperjuangkan hak-hak kaum perempuan terkait kesehatan.

"Kesehatan untuk perempuan meskipun sudah ada undang-undangnya tapi pada kenyataannya belum ditegakkan dengan baik, ini tercermin dari masih tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Ini yang akan kita cari akar persoalannya di parlemen nanti," kata Bea.

Redaktur : Fernan Rahadi
Sumber : Antara
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar