Kamis 27 Mar 2014 09:05 WIB

Obama: Tidak Ada Perang Dingin dengan Rusia

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: A.Syalaby Ichsan
Barrack Obama
Foto: Charles Dharapak/AP
Barrack Obama

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Barrack Obama menyatakan solusi militer bukanlah pilihan terbaik dalam kasus sengketa di Crimea. Hal itu disampaikannya dalam pidato selama 40 menit di Brussels, Belgia. Obama melakukan perjalanan empat hari ke Eropa untuk membahas sengketa itu.

Obama mengatakan tindakan yang diambil Kremlin dalam beberapa pekan terakhir telah memicu pergeseran persepsi Barat terhadap Rusia. Barat akan melihat Rusia semain terisolasi secara internasional dan terkena perang dagang.

Keputusan Putin untuk memperluas perbatasannya dengan mendapatkan Crimea, kata Obama, menunjukkan negara-negara yang lebih besar dapat menjajah negara yang lebih kecil untuk mencapai tujuan mereka. Menurutnya, itulah apa yang dipertaruhkan di Ukraina hari ini.

"Namun, itu bukan berarti bahwa kita sedang memasuki perang dingin. Amerika Serikat dan NATO tidak mencari konflik apapun dengan Rusia. Sekarang bukan waktunya untuk menggertak. Tidak ada jawaban yang mudah untuk kasus ini, tidak ada solusi militer," ujar Obama, dilansir dari the Guardian, Kamis (27/3).

Sudah jelas bahwa Obama menekankan dia tidak berniat untuk menarik konflik Putin dan Ukraina ini ke dalam konfrontasi yang lebih luas.

Menurutnya, peruahan kebijakan utama Barat membutuhkan waktu. Tekad Transatlantik yang ingin mengurangi ketergantungan Eropa pada pasokan energi Rusia bisa diatasi dengan mengalihkannya ke shale gas bonanza milik AS. Itu menurutnya bisa menjadi solusi dari kekhawatiran Eropa.

Seperti diketahui, perusahaan raksasa energi Rusia, Gazprom memasok seperempat kebutuhan gas di Eropa dan 100 persen di Eropa Timur. Isu energi telah mencuat ke puncak agenda strategis Eropa di tengah kekhawatiran Eropa bahwa Kremlin akan memeras Eropa jika perang dagang meletus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement