Sabtu 29 Mar 2014 00:03 WIB

Perang Dingin Jilid II Rusia Versus AS, Gerakan Non Blok Dinilai Masih Relevan

Red: Julkifli Marbun
Konferensi Non Blok di Nusa Dua Bali
Foto: ANTARA/Nyoman Budhiana
Konferensi Non Blok di Nusa Dua Bali

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Aneksasi Crimea oleh Rusia pasca krisis politik di Ukraina telah membuat banyak pihak mengkhawatirkan munculkan persaingan baru Rusia dengan Amerika Serikat dalam perang dingin jilid II.

Amerika Serikat beserta sekutunya langsung mengenakan sanksi ekonomi terhadap Rusia.

Di lain pihak Rusiapun tidak gentar. Sanksi ekonomi ini malah dimanfaatkan untuk semakin memperkuat kemandirian ekonominya, mulai dari menaikkan harga gas ke konsumen Eropa, membuat kartu 'visa' sendiri bahkan sampai balik memberi sanksi kepada individu-individu di negara-negara lawan.

Sikap Rusia yang termasuk dalam kelompok BRIC (Brazil, Rusia, India dan Cina) ini dinilai tidak akan didukung oleh tiga negara di dalamnya.

Dalam artikel 'Russia vs west: Is a new non-aligned group emerging?' Indrani Bagchi dari TNN dikutip dari Times of India mengatakan bahwa Gerakan Non Blok (GNB) atau gerakan serupa dalam bentuk baru masih relevan untuk menyelesaikan kemelut ini.

Dia berargumen, ekonomi Cina, Brazil dan India sangat terkoneksi dengan ekonomi Barat dan tidak akan dengan mudah mengikuti langkah Rusia.

Menurutnya, persaingan politik dan ekonomi Rusia dan AS beserta sekutunya telah menambah dilema bagi negara-negara berkembang, termasuk bagi Cina dan India yang mempunyai kemandirian yang kuat.

"India dan Cina mempunyai kedaulatan dan integritas teritorial di masa lalu dan tidak segan-segan berseberangan dengan AS dalam kasus Libya, Suriah dan lain-lain. Dengan Rusia juga melakukan hal yang sama, dilema di negara-negara berkembang menjadi lebih akut," tulisnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement