Ahad 27 Apr 2014 15:49 WIB

G7 Jatuhkan Sanksi kepada Rusia

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Mansyur Faqih
Milisi Ukraina pro-Rusia (ilustrasi)
Foto: afp
Milisi Ukraina pro-Rusia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Kelompok G7 sepakat untuk memberlakukan sanksi baru terhadap Moskow mulai Senin (28/4). Ini karena kondisi krisis Ukraina dinilai kian memburuk lantaran invasi Rusia. 

Negosiator kemudian memutuskan untuk mulai menerapkan sanksi. Selain itu, mereka juga mengupayakan pembebasan militer Eropa yang ditangkap karena dianggap mata-mata oleh milisi pro-Rusia.

Keputusan sanksi G7 ini dikeluarkan setelah konferensi antara Perdana Menteri Inggris David Cameron, Presiden AS Barack Obama, Perdana Menteri Prancis François Hollande, kanselir Jerman Angela Merkel dan Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi.

Para pemimpin dari kelompok ekonomi kuat dunia itu menyatakan keprihatinan mendalam atas upaya separatis yang didukung Rusia dengan terus menggempur Ukraina timur. Dalam pernyataan, Obama, Cameron, Hollande, Merkel dan rekan-rekan dari Italia, Jepang juga Kanada memuji pemerintah Kiev dengan upaya mempertahankan dirinya untuk mengimplementasikan perjanjian Jenewa bulan ini.

Sebaliknya, Moskow telah memutus untuk tidak melakukan tindakan konkrit dalam mendukung kesepakatan Geneva. Moskow juga tidak mendesak militan pro-Rusia untuk meninggalkan bangunan di Ukraina timur yang mereka telah menduduki.

Dikutip dari the Guardian, sanksi baru akan menargetkan individu atau perusahaan yang berpengaruh di sektor tertentu ekonomi Rusia seperti energi dan perbankan. Washington akan mengumumkan daftar sanksinya, Senin. Sementara Uni Eropa akan mengumumkan sanksi secara terpisah.

Senior diplomat Uni Eropa akan bertemu untuk membahas langkah berikutnya. Diharapkan akan menambah 15 nama lagi ke daftar Rusia yang harus tunduk pada pembekuan aset dan larangan perjalanan.

Dikutip Reuters, Vladimir Putin untuk pertama kalinya pekan ini mengakui bahwa sanksi membawa kesulitan bagi Rusia, meskipun ia mengatakan dampaknya tidak kritis. 

Jumat, Standard & Poor memotong peringkat jangka panjang utang Rusia. Sehingga lebih mahal bagi pemerintah untuk meminjam uang. Hal ini memaksa bank sentral untuk menaikkan suku bunga utamanya untuk membatasi penurunan rubel.

Bank Rusia telah memindahkan dana dari rekening luar negeri untuk mengantisipasi sanksi. Rusia juga telah mengancam akan memotong gas ke Ukraina. 

Slovakia mengatakan, telah mencapai kesepakatan dengan Ukraina untuk membuka arus balik terbatas gas alam dari Eropa Tengah ke Ukraina.

Penerapan sanksi lanjutan ini akhirnya diputuskan karena penangkapan pasukan observasi militer Rusia di Slavyansk pada Jumat malam. Kelompok observasi ini bekerja di bawah Organisation for Security and Co-operation in Europe (OSCE) yang terdiri dari empat orang Jerman, yaitu perwira dari Pole, Dane, Swede dan Ceko. 

Menurut kementerian dalam negeri Ukraina, mereka diculik ketika sedang dikawal oleh lima orang anggota angkatan bersenjata Ukraina. Bus mereka ditangkap oleh separatis.

Kementerian yakin mereka ditahan di dalam gedung pelayanan keamanan negara di Slavyansk. Gedung tersebut merupakan salah satu yang sedang diduduki oleh separatis pimpinan Vyacheslav Ponomarev yang telah menyatakan diri sebagai wali kota secara de facto.

"Ada laporan di antara mereka adalah staf militer rahasia Kiev. Orang-orang yang datang ke sini sebagai pengamat komunitas Eropa dan membawa mata-mata sungguhan itu sangat tidak pantas," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement