Sabtu 03 May 2014 23:11 WIB

Tradisi Seba Baduy Mendapat Apresiasi

Red: Julkifli Marbun
Warga Baduy/ilustrasi (Republika/Tahta Aidilla)
Warga Baduy/ilustrasi (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kalangan mahasiswa mengapresiasi perayaan tradisi Seba Baduy pada 2-4 Mei 2014 karena selain menjunjung budaya juga merupakan cerminan kearifan lokal dan wujud atas rasa syukur.

"Ini tradisi yang layak diteladani oleh masyarakat dan elit," kata Koordinator Presidium Aliansi Mahasiswa Banten se-Indonesia Usep Mujani saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu.

Tradisi Seba Baduy merupakan persembahan dari rakyat suku Baduy di Banten yang memberikan berbagai hasil bumi kepada pemerintah setempat.

Acaranya berlangsung sejak Jumat (2/5) malam mereka memberikan hasil panen raya itu kepada Bupati Lebak dan sejak Sabtu pagi mereka berjalan kaki menuju Kawasan Pusat Pemerintah Provinsi Banten.

Pada Sabtu malam mereka diterima oleh Wagub Banten Rano Karno dan menjadi tontonan menarik bagi penduduk setempat termasuk wisatawan asing.

Sebelum merayakan Seba Baduy, penduduk suku asli di Banten itu menjalani puasa kawalu sekitar tiga bulan.

Menurut Usep yang juga mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Seba Baduy merupakan perwujudan rasa syukur rakyat atas hasil bumi yang melimpah dan mereka berbagi hasil bumi itu dengan para pemimpin daerah.

"Pada saat arena kekuasaan sulit dipisahkan dengan dunia mewah dan glamor, Seba Baduy merupakan kritik bagi ruang politik elit. Ia menyimpan sebuah nilai luhur tentang kearifan dan kesahajaan," ujarnya.

Sekaligus, katanya, Seba Baduy sebagai bentuk "pukulan keras" bagi pemerintah Banten yang dipimpin Gubernur Ratu Atut Choisyiah padahal Atut sedang ditahan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) lantaran terlibat korupsi.

Hal itu terjadi karena pemerintah Banten justru menutup mata terhadap kebutuhan masyarakat Banten padahal tugas pemerintahan adalah untuk menyejahterakan rakyat serta memberikan kenikmatan sumber daya alam yang melimpah untuk masyarakatnya, kata Usep.

Perayaan tradisi Seba Baduy malah membuat pemerintah harus menerima hasil bumi yang diolah rakyat sementara pemerintah kurang memberikan kontribusi bagi warganya.

"Seharusnya para penyelenggara pemerintah di Banten malu dengan kepatuhan dan keadaban yang ditunjukkan oleh rakyat Suku Baduy, padahal apa yang sebagian elit lakukan selama ini lebih banyak menyengsarakan dan mengkhianati rakyat di bawah," kata Usep.

Ia berharap pemerintah Banten mengoreksi diri dari perayaan Seba Baduy dan mempercayakan kepada Wagub Banten Rano Karno untuk dapat membawa masyarakat Banten menuju kesejahteraan.

"Ritual Seba Baduy harus dijadikan titik balik oleh Rano Karno yang dalam waktu dekat akan menjadi Pelaksana Tugas Gubernur untuk membangun komitmen kerakyatan bersama seluruh elemen yang selama ini telah diabaikan oleh dinasti Atut di Banten," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement