Selasa 10 Jun 2014 13:00 WIB

Cermat Memilih Obat Batuk

Red:

Akhir Juni 2014, tak akan ada lagi dextromethorphan sediaan tunggal di pasaran. Badan POM menariknya dari peredaran setelah obat batuk kering ini disalahgunakan sebagai napza. Lantas, obat batuk apa yang dapat menggantikannya?

Batuk sejatinya adalah refleks pertahanan tubuh ketika saluran napas dimasuki benda asing yang mengiritasi atau bersentuhan dengan dinding saluran napas. Refleks ini dibutuhkan untuk menjaga kebersihan saluran napas, baik dari benda asing eksternal, seperti debu dan makanan yang masuk ke saluran napas maupun benda asing interna, yakni dahak. Ketika terserang penyakit saluran napas, penderitanya umumnya mengalami batuk. “Beberapa penyakit saluran napas memicu kelenjar memproduksi dahak secara aktif,” kata Ketua Bidang Kajian Obat dan Farmakoterapi-Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia dr H Masfar Salim MS SpFK.

Batuk akan sangat mengganggu penderita dan orang di sekitarnya. Menular melalui udara, batuk mudah sekali menjangkiti orang lain. Batuk yang disebabkan oleh virus sebenarnya bisa sembuh dengan sendirinya jika batuknya ringan. Akan tetapi, jika batuk sudah mengganggu, obat batuk dapat meredakannya.

Obat batuk yang dijual bebas dapat digunakan selama dua sampai tiga hari. Pantau kondisi kesehatan setelah itu. Jika batuk masih sulit diredakan, segeralah berkonsultasi ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dokter perlu mengetahui sudah berapa lama Anda batuk dan  keluhannya apa saja yang menyertai batuk. Dokter lantas akan melakukan pemeriksaan fisik. Dari situ, dokter dapat menegakkan diagnosis.

Setelah mengetahui penyakitnya, dokter akan memberikan obat yang sesuai dengan kondisi pasien. Usia, berat badan, dan penyakit pasien menjadi faktor yang dipertimbangkan dalam peresepan obat. Oleh karena itu, pasien tak dapat berbagi resep dengan pasien lain.

Pengobatan untuk batuk akibat virus dilakukan dengan mengobati gejalanya. Misalnya, jika ada pusing atau demam, dokter akan merekomendasikan obat pereda pusing dan demam. Pasien mesti banyak istirahat dan banyak minum untuk dapat memulihkan kekebalan tubuhnya dan melumpuhkan virus penyebab batuk.

Masfar menyarankan agar masyarakat tidak meminum obat batuk yang telah digunakan sebelumnya. Sebab, ketika kemasannya dibuka, obat itu mungkin saja terkontaminasi alias sudah tidak steril lagi. Apalagi, jika obat tidak disimpan dengan baik. “Jadi, kalau Anda batuk lagi di kemudian hari, beli obat batuk yang baru meskipun obat terdahulu tanggal kedaluwarsanya masih jauh,” ujarnya.

***

Pilih yang Mana?

Gencarnya promosi obat batuk over the counter kerap membuat masyarakat bingung untuk memilih. Setiap produsen mengklaim produknya ampuh, dapat bekerja dengan cepat, dan tanpa efek samping. Masfar mengatakan, obat batuk yang dijual bebas di apotek ataupun toko obat dapat dicoba ketika batuk mulai mengganggu. “Masyarakat harus cerdas mengenali obat batuknya,” kata Masfar.

Hal pertama yang harus diperhatikan sebelum membeli obat batuk ialah golonganpemasarannya. Obat batuk bebas ditandai dengan lingkaran berwarna hijau di bagian luar kemasannya. Obat batuk yang dijual bebas terbatas memiliki tanda lingkaran biru. Lalu, obat batuk yang dijual dengan resep dokter berciri lingkaran merah pada kemasan luarnya.

Agar tak keliru membeli, perhatikan kandungan obat bebas pereda batuk tersebut. Apakah kandungannya tunggal atau remedies (campuran). Pilih yang paling sesuai dengan kondisi penderita batuk. Untuk remedies, pastikan apakah memang semua yang terkandung di dalamnya diperlukan.

Kendati dijual dengan beragam merek, sebenarnya isi atau kandungan obat pereda batuk mirip satu sama lain. Campurannya terdiri atas beberapa senyawa utama. Pertama, ada ekspektoran yang berfungsi sebagai pengecer dan mengeluarkan dahak. Cara kerja obat ini, yaitu dengan mengurangi kekentalan dahak sehingga dapat dengan mudah dibatukkan dan dibuang. Dengan terbuangnya dahak tentu akan melegakan napas dan mengurangi rangsangan batuk.

Senyawa kedua, antitusif atau supresan. Khasiatnya membantu, mengontrol, atau menekan refleks batuk di tenggorokan dan paru. Antitusif bekerja dengan meningkatkan ambang rangsang batuk di pusat batuk pada otak. Obat batuk jenis ini biasanya digunakan untuk batuk kering.

Salah satu jenis obat batuk kering yang dianggap ampuh, yakni obat batuk yang mengandung dextromethorphan. Senyawa yang satu ini dahulu sering dipakai karena dianggap sebagai antibatuk. Namun, dari pemakaiannya sebagai obat batuk/antitusif, ternyata dextrometrophan tidak begitu bermanfaat.

Di samping itu, ada satu obat batuk lama yang masih dipercaya dan terbukti secara klinis efektif untuk mengatasi batuk kering. Senyawa yang dimaksud, yaitu codein. Obat batuk codein harus didapatkan dengan resep dokter karena merupakan obat keras dengan tanda lingkaran merah. Berhati-hatilah dalam pemakaian obat batuk jenis ini karena dapat menyebabkan kantuk. “Codein tidak boleh untuk batuk berdahak sebab dapat menyebabkan batuk berkurang frekuensinya, tapi dahak akan menumpuk, dan penyakit pun akan tambah parah,” ujar Masfar.

Selanjutnya, cermati efek sampingnya. Sejumlah orang ada yang tak tahan dengan kandungan campuran obat tersebut. Perlu diketahui, obat yang dijual bebas dan terbatas memiliki efek samping mengantuk. “Sebaiknya, jangan dikonsumi saat hendak berkendara agar tak membahayakan keselamatan diri dan orang lain,” kata Masfar yang menjabat sebagai ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Farmakologi Klinik Indonesia.

Sesuaikan obat pereda batuk dengan orang yang akan mengonsumsinya. Anak-anak, orang lanjut usia, diabetesi, penderita penyakit jantung, atau orang dengan kondisi khusus lainnya harus mendapatkan obat batuk yang sesuai dengan kekhususannya. Lalu, perhatikan dosis pemberiannya.

rep:desy susilawti ed: reiny dwinanda

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement