Kamis 31 Jul 2014 17:51 WIB

Boikot Tujuh Perusahaan Pendukung Serangan Israel ke Gaza Ini

Rep: Elba Damhuri/ Red: Esthi Maharani
Hewlett Packard
Foto: digitaltrends.com
Hewlett Packard

REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Gerakan aksi boikot, lepaskan, dan sanksi (BDS--boycotts, divestment, and sanctions) menyerukan tidak membeli dan bertransaksi atas produk-produk dari tujuh perusahan terkait Israel. Ketujuh perusahaan itu dianggap membantu secara langsung dan nyata atas aksi agresi Israel ke Jalur Gaza yang telah menewaskan seribu orang lebih itu.

Dalam penjelasan BDS melalui situsnya, Kamis (31/7), ketujuh perusahaan itu ikut memberikan andil besar atas jatuhnya ratusan nyawa warga sipil dan anak-anak di Gaza.

"Perusahaan-perusahaan ini tidak berupaya menghentikan agresi kejam ini tetapi seolah malah membiarkan," demikian pernyataan BDS.

BDS pun mengajak seluruh komunitas internasional untuk menunjukkan sikap solidaritasnya kepada kemanusiaan di Jalur Gaza dengan tidak membeli produk-produk ketujuh perusahaan ini. Tekanan ekonomi dengan cara membokot seperti ini, kata BDS, akan memperlemah Pemerintah Israel.

Ketujuh perusahaan yang dimaksud BDS adalah: Pertama, Hewlett Packard (HP), yang diduga terlibat mendukung tindakan kekerasan Israel yang melanggar hukum internasional.

HP, menurut BDS, menyediakan layanan teknologi informasi (TI) dan solusi infrastruktur bagi pasukan penjajah Israel. Layanan ini meliputi sistem operasi identifikasi yang diinstal di kamp militer Israel di Tepi Barat dan Gaza.

Sistem operasi TI senjata angkatan laut Israel pun memakai jasa HP. Tak heran jika Gereja Presbiterian AS dan the Quaker Friends Fiduciary Corporation (FFC) telah menarik investasinya dari HP.

Kedua, Caterpillar. Perusahaan alat berat ini secara rutin menyediakan buldoser dan alat berat lainnya untuk menghancurkan ladang-ladang dan rumah-rumah warga Palestina. Militer Israel juga menggunakan buldoser tanpa awak Caterpillar pada 2008-2009 saat menyerang Gaza.

Buldoser CAT milik Caterpillar digunakan tentara Israel saat membunuh aktivis AS Rachel Corrie di Rafah pada 2003. Gereja Presbiterian AS, FFC, dan Gereja Inggris telah menarik dana investasinya dari Caterpillar sebagai protes atas dukungan Caterpillar atas aksi kekerasan Israel.

Ketiga, Soda Stream. Memang, kata BDS, perusahaan pembuat mesin dan minuman bersoda ini tidak secara langsung membantu agresi Israel di Gaza. Namun, uang pajak Soda Stream yang berorientasi ekspor ini ikut membiayai peperangan yang dibuat Israel di Jalur Gaza.

BDS melaporkan Soda Stream beroperasi di wilayah permukiman ilegal di Maale Adumim di Tepi Barat yang masih menjadi wilayah jajahan Israel. Perusahaan ini juga akan membuka pabrik baru dil wilayah jajahan lainnya di Bedouin, Naqab. Pembukaan pabrik baru ini berdampak pada bakal terusirnya sekitar 40 ribuan warga Palestina di kota itu.

Perusahan retail Inggris, John Lewis, yang belakangan ini menolak menjual produk-produk Soda Stream di toko-toko mereka. Warga Inggris pun melawan Soda Stream dengan tidak membeli produk mereka.

Keempat, Elbit Systems, yang merupakan perusahaan militer terbesar Israel. Elbit menyediakan layanan dan peralatan bagi militer Israel, termasuk peralatan pengintaian, pengawasan, dan kendaraan terbang tanpa awak (UAVs), yang dikenal sebagai drones.

Drones Israel digunakan dalam serangan Gaza pada 2008-2009. Menurut organisasi HAM Palestina Al Mezan Center, drones sudah membunuh lebih dari 1.000 warga Palestina di Gaza pada periode 2000-2010. Teknologi drones ini dijual di seluruh dunia.

Dana kekayaan Norwegia dan belasan lebih bank-bank di Eropa telah menarik dana mereka di perusahaan Elbit Systems ini.

Kelima, perbankan Israel (termasuk Hapoalim dan Leumi). BDS menilai bank-bank ini membiayai militer Israel, permukiman di wilayah penjajahan, dan individu-individu yang mendukung penjajahan di Palestina. Bank-bank pensiun Eropa pun telah menarik investasinya dari bank-bank Israel.

Keenam, G4S, yang merupakan perusahaan keamanan Inggris yang produknya dipakai milter Israel di pos pemeriksaan militer. Perusahaan ini berjanji akan mengakhiri bisnisnya dengan militer Israel.

Ketujuh, Mekorot, perusahaan air Israel yang secara ilegal mengambil air Palestina, kemudian mengalirkannya ke permukiman Israel di tanah jajahan, Juga, mengalirkan air Palestina itu ke kota-kota di Israel, sementara Israel memberlakukan aturan ketat bagi warga Palestina yang ingin menggunakan air itu.

Mekorot berencana mengekspor produk airnya dan membeli perusahaan-perusahaan air di seluruh dunia. Namun, otoritas di Argentina, Belanda, dan Portugal telah membatalkan kesepakatan kerja sama dengan Mekorot.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement