Kamis 07 Aug 2014 18:23 WIB

Ponpes Ngruki Bantah Hubungan Dengan ISIS

Rep: Edy Setiyoko/ Red: Bilal Ramadhan
Pesantren Ngruki.
Pesantren Ngruki.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO-- Jangan keburu nafsu mengkaitkan keberadaan sinyalemen kelompok radikal /Islamic State of Iraq and Syiria/ (ISIS) di eks Karesidenan Surakarta dengan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mukmin, Ngruki, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Ponpes yang menjadi markas dakwah ustaz Abu Bakar Ba'syir ini memilih bersikap netral. Malah, ustaz di sana justru mengecam tindakan pembentukan kelompok radikal tersebut. ''Kami tidak terlibat dengan kelompok ISIS,'' kata Ustaz Wahyuddin, Direktur Utama Ponpes Al Mukmin, Kamis (7/8). Wahyuddin mengatakan Ponpes Al Mukmin fokus terhadap pendidikan santri. Termasuk membentengi diri santri dalam ajaran radikal, menyimpang dari syariah. Pihaknya fokus pada pendidikan santri. Kita doakan saja, semoga ISIS tidak melakukan tindakan dzalim pada sesama. Sementara itu, Komandan Korem 074/Warastratama Surakarta, Kolonel (Inf) Bekti Agus Fadjari, juga menegaskan, kedatangan perwakilan Ponpes yang didirikan Ustaz Abu Bakar Ba’asyir ke Makorem, belakangan, tidak ada kaitannya dengan organisasi ISIS. ''Tidak ada hubungan dengan ISIS. Hanya silaturahmi untuk menjalin komunikasi saja,'' ungkap Danrem. Polres Karanganyar mulai menemui titik terang terkait pemasang lambang ISIS di empat titik lereng Gunung Lawu. Namun, hingga saat ini polisi masih mengumpulkan bukti dan fakta hukum untuk menjerat pelaku. ''Kami sudah mencurigai kelompok tertentu yang menggambar lambang ISIS. Namun, belum cukup bukti,'' kata Kapolsek Tawangmangu, AKP Riyanta. Ia enggan membeberkan identitas terduga pelaku pemasang lambang ISIS demi keperluan penyidikan. Grafiti ISIS kini telah dihapus setelah terpampang di pagar rumah warga Dukuh Ngunut, Pos Tempat Penarikan Retribusi (TPR) Somokadu, sebuah vila milik pengusaha asal Sragen, dan di talut jalan tembus Tawangmangu-Magetan. Aparat juga mengawasi gerak-gerik 137 warga Tawangmangu aktif ikut kelompok ISIS. Dari 137 warga itu berkecimpung sembilan organisasi massa (Ormas) Islam. Dimana ada oknum aktivis dibawah pembinaan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), aliran Ahmadiyah, Al Irsyad, MTA dan NU. ''Aparat berkeliling sampai ke sudut desa. Mulai Cemoro Sewu hingga ke Srandong. Tapi, tidak lagi menemukan grafiti ISIS atau semacam benderanya,'' jelasnya. Meski aparat mencurigai 137 warga, namun Bupati Karanganyar, Juliyatmono memastikan jaringan ISIS belum sampai tumbuh. Terkait keberadaan simbol meresahkan di empat lokasi di lereng Gunung Lawu, dirinya merasa hal itu hanyalah perbuatan orang iseng.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement