Jumat 08 Aug 2014 12:00 WIB

Teladan di Bulan Syawal

Red:

Syawal merupakan bulan yang dinantikan umat Muslim setelah berpuasa sebulan penuh pada Ramadhan. Bulan kemenangan dan kembalinya fitri setelah ditempa dengan ujian hawa nafsu.

Direktur Lembaga Pengkajian dan Penerapan Tauhid Unida Bogor Dr Amir Mahruddin mengatakan, Syawal berasal dari kata Syala yang berarti naik, meningkat, dan membawa. Banyak peristiwa ibadah dan sejarah penting terjadi pada masa Rasulullah SAW di bulan Syawal.

Syawal dikenal dengan bulan nikah. Ketika masa jahiliyah, Syawal justru dianggap bulan yang tidak baik dan membawa sial sehingga penduduk Makkah dilarang menikah pada bulan itu.

Mitos ini muncul ketika satu waktu di bulan Syawal di daerah Makkah terjangkit wabah penyakit. Sehingga, mereka meyakini Syawal merupakan bulan yang tidak baik.

Mitos inipun dipatahkan oleh Rasulullah SAW dengan menikahi putri Abu Bakar as-Shidiq, Siti Aisyah, pada bulan Syawal. Putri Rasulullah SAW Siti Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib pun menikah pada 29 Syawal. Sehingga, umat Islam diajarkan jika bulan Syawal justru bulan yang baik untuk melangsungkan sunah Nabi SAW tersebut.

Selain itu, terang Mahrudin, peristiwa Islam yang terjadi ketika Syawal di antaranya perjalanan Rasulullah ke Thaif pada bulan Syawal di tahun 10 kenabiannya. Dalam perjalanan dakwah ke Thaif, Rasulullah mendapat penolakan dan dilempari batu. Namun, meski ditawari malaikat untuk memberi hukuman ke penduduk Thaif, Rasulullah memilih memaafkan dan mendoakan anak keturunan mereka beriman.

Banyak perang juga terjadi ketika Syawal, di antaranya Perang melawan bani Qaynuqa terjadi pada satu Syawal. "Mereka merupakan bangsa Yahudi yang melanggar perjanjian Madinah. Sehingga, Umat Muslim mengusir bangsa Yahudi tersebut dari Madinah," paparnya.

Selain peristiwa sejarah juga ada peristiwa ibadah. Setelah berpuasa Ramadhan sebulan penuh, umat Islam disunahkan meneruskan dengan puasa sunah enam hari di bulan Syawal.

Shaum di enam hari Syawal ini merupakan bagian dari penggenapan ganjaran ibadah. Mahrudin menuturkan, puasa enam hari di bulan Syawal boleh dikerjakan secara berurutan maupun tidak.

Tetapi, untuk wanita yang memiliki utang puasa di bulan Ramadhan, harus terlebih dahulu mengqadhanya. "Dahulukan hal yang wajib sebelum melaksanakan yang sunah, jangan terbalik," ujar dia.

Banyaknya peristiwa sejarah yang terjadi di bulan Syawal harus diambil hikmahnya. Salah satunya dengan semakin bersemangat dalam menjalankan perintah Allah SWT.

"Syawal merupakan bulan peningkatan, yang tadinya bermalas-malasan ibadahnya menjadi lebih rajin, yang tadinya tidak mengerjakan sunah saat Syawal mulai dikerjakan," ujar dia. Latihan ibadah yang dilakukan selama satu bulan sebelumnya harus dapat diimplementasikan ketika Syawal tiba.

Syawal juga sebagai bulan menutup kekurangan. Selama bulan Ramadhan mungkin saja masih ada keburukan yang dilakukan seperti mata yang kadang tak terjaga dari hal yang haram dan kata-kata yang tak sengaja menyakiti orang.

Indikator suksesnya Ramadhan adalah ketika ibadah yang dilakukan secara istiqamah diterapkan saat Syawal tiba. "Kalau justru ibadahnya mengendur dan bermalas-malasan ini menandakan puasanya gagal ketika Ramadhan," ujar dia.

Saat seorang bersemangat membaca Alquran kala Ramadhan, harusnya di bulan Syawal dan bulan berikutnya tetap rajin membaca Alquran.

Founder Cinta Quran dan penggiat Kajian Perkantoran Ustaz Fatih Karim mengatakan, peristiwa yang terkenal di bulan Syawal adalah terjadinya perang Hunain dan perang Uhud.

Saat perang Uhud, kekuatan umat Islam semakin bertambah. Namun, pasukan kaum Muslimin bisa dikalahkan karena tergoda rayu rampasan perang.

"Berbeda ketika terjadi perang Badar. Kaum Muslim masih sedikit namun bisa mengalahkan kaum Quraisy yang jumlahnya berlipat," paparnya. Pelajaran yang dapat diambil ketika umat Islam kalah dalam perang Uhud adalah banyaknya jumlah tak boleh menjadikan umat Islam sombong.

Padahal, papar Fatih, kemenangan perang bukan karena banyaknya pasukan, tetapi karena kedekatan umat pada Allah SWT. Seperti perang Badar di mana Allah menurunkan bantuan untuk memenangkan kaum Muslimin.

Masalah ini dapat dikaitkan kondisi saat ini. Di mana umat Islam tidak bisa bersatu mengalahkan Israel yang terus menjajah kaum Muslimin Palestina. "Umat Muslim di dunia saat ini mencapai 1,6 miliar tapi tidak bisa mengalahkan bangsa Israel yang hanya 7 juta orang," terangnya.

Ini karena umat Islam bangga dengan jumlahnya tapi belum dekat dengan Rabbnya. Sehingga, untuk membela umat di Palestina masih terpecah belah. rep:ratna ajeng tejomukti ed: hafidz muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement