Kamis 04 Sep 2014 09:00 WIB

Abdul Basith: One Family One Entrepreneur

Red: Taufik Rachman
Dr. Ir. Abdul Basith, MSc
Dr. Ir. Abdul Basith, MSc

REPUBLIKA.CO.ID nBOGOR--Jika 69 tahun lalu kita dijajah oleh Kongsi Perdagangan Hindia Timur (Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC) selama 350 tahun, kini kita sedang di jajah oleh Multi National Company (MNC). Jika emas yang ada di Papua (kini dikuasai Freeport) dibagikan ke seluruh rakyat Indonesia, masing-masing orang akan menerima empat kuintal emas. 

Indonesia didengungkan sebagai Negara agraris lalu kenapa setiap tahunnya kita impor produk hortikutura senilai Rp 17 triliun. Padahal angka ini harusnya dikeluarkan oleh negara yang lahannya padang pasir. Lalu apa yang salah? negaranya atau manusianya?

Hal ini disampaikan oleh Dr. Ir. Abdul Basith, MSc saat memberikan motivasi kepada ratusan calon wisudawan Program Pendidikan Diploma IPB. Kegiatan yang digelar di Grha Widya Wisuda, Kampus IPB Darmaga ini menghadirkan motivator sekaligus staf pengajar dari Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

"Mau terus dijajah? Tentu tidak, kita harus merdeka. Merdeka artinya kita harus menjadi orang sukses. Kalau mau sukses kita harus berani keluar dari kotak imajiner. Kotak-kotak imaginer yang mengurung kita adalah dalih, kebiasaan negatif, malas, ketakutan, mental buruh, zona nyaman. Setiap tujuan memiliki kendaraan masing-masing. Mau kaya dan dermawan, kendaraannya harus pas. Beranilah bermimpi menjadi besar, dengan begitu kita bisa keluar dari kotak imajiner," ujarnya.

Kebanyakan orang sukses itu selalu melawan arus. Tekuni sesuatu yang akan membuat anda sukses selama 10 ribu jam dan capai dalam waktu 3-4 tahun. Dengan kondisi tersebut, kreatifitas akan muncul karena dipaksa terus menerus.

"Tidak punya uang dan waktu disebut pekerja kasar, tidak punya uang tetapi memiliki banyak waktu disebut pengangguran, punya uang tetapi tidak punya waktu disebut profesional, punya banyak uang dan punya banyak waktu disebut pengusaha atau investor. Tentu kita lebih memilih pilihan terakhir, bukan? Jadi siapa sebenarnya yang menyuruh kita untuk menjadi entrepreneur, yakni diri kita sendiri," tandasnya. 

Agar kita bebas dari penjajahan MNC, kita harus memiliki entrepreneur-entrepeneur lokal. ''Setidaknya One Family One Entrepreneur (Satu Keluarga Satu Entrepreneur),'' Kata Basith

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement