Senin 29 Sep 2014 08:32 WIB

Biksu Myanmar: Ekstrimis Muslim Ancaman Bagi Umat Buddha

Rep: Gita amanda/ Red: Esthi Maharani
Biksu Wirathu
Foto: myanmarmuslim.net
Biksu Wirathu

REPUBLIKA.CO.ID, COLOMBO -- Seorang biksu Budha Ashin Wirathu mengatakan, dia akan bergabung dengan sebuah kelompok di Sri Lanka, dan akan melawan millitan Islam. Ia mengatakan, ekstremis Muslim sebagai ancaman serius.

Aljazirah melaporkan, Ashin Wirathu pemimpin kelompok 969 Myanmar berbicara di hadapan ratusan biksu di ibukota Sri Lanka pada Ahad (28/9). Ia mengatakan, kelompoknya akan mendukung kelompok Bodu Bala Sena (BBS) dalam perjuangan untuk melindungi agama Buddha di Asia.

Wirathu selama ini terkenal dengan tuduhan mengahasut kekerasan terhadap Muslim di Rohingya di Myanmar. Kelompok Muslim di negara tersebut telah memprotes masuknya Wirathu ke dalam Sri Lanka. Mereka mengatakan, kunjungan biksu itu hanya akan membawa perpecahan lebih lanjut.

"Untuk melindungi dan membela umat Buddha yang terancam di seluruh dunia, kelompok saya akan bergandengan tangan dengan BBS," kata Wirathu di stadion berkapasitas 5.000 kursi di mana para biarawan dan pendukung awamnya hadir.

Menurut Wirathu umat Buddha menghadapi ancaman serius hari ini dari kelompok militan. "Buddha menghadapi ancaman serius hari ini dari kelompok militan. Kesabaran Buddha dipandang sebagai kelemahan. Kuil Buddha telah hancur. Ada jihad melawan para biksu Buddha," katanya.

Pemimpin Muslim pada Jumat (26/9), mengajukan petisi pada Rajapaksa untuk menolak visa Wirathu. Mereka berasalan Wirathu telah dituduh menghasut kekerasan di Myanmar. Tak ada tanggapan resmi terkait petisi tersebut.

Pemimpin Aliansi Nasional Muslim Tamil Azath Salley mengatakan pada Aljazirah, kunjungan Wirathu hanya akan menyebabkan perpecahan lebih lanjut di negara itu. "Kesediaan pemerintah untuk mengeluarkan visa Wirathu menunjukkan mereka memiliki motif tersembunyi dalam kaitannya dengan minoritas," katanya.

Ia menambahkan, Wirathu tengah mempromosikan kekerasan terhadap kelompok minoritas. Isu yang menurutnya Sri Lanka tengah coba lalui.

"Kehadirannya akan membahayakan segala bentuk rekonsiliasi yang terjadi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement