Home >> >>
Eksodus ke Nay Pyi Taw
Selasa , 14 Oct 2014, 06:17 WIB
.
Piala Asia U-19 Myanmar 2014

Laporan langsung wartawan Republika Online, Satria Kartika Yudha dari Yangon, Myanmar

YANGON  -- Pada Senin (13/10) pagi, awak media melakukan eksodus dari Yangon ke Nay Pyi Taw untuk meliput laga terakhir timnas U-19 Indonesia melawan Uni Emirat Arab, Selasa (14/10). Saya tidak bisa membayangkan akan seperti apa suasana media center di Stadion Thuwunna, Yangon, yang menjadi arena pertandingan dua laga awal fase Grup B, tanpa kehadiran kami para pewarta asal Indonesia. 

Dari semua kontestan Grup B, Indonesia adalah tim yang paling antusias. Tak hanya dari segi suporter, ttapi juga soal pemberitaan turnamen sepak bola kelompok usia ini. Ada sekitar 30 pewarta asal Tanah Air dari berbagai media yang ditugaskan mengikuti perjalanan skuat Garuda Jaya.

Sedangkan wartawan asal Uzbekistan, Australia, dan Uni Emirat Arab tidak nampak. Yang saya temui dalam dua kali sesi konferensi pers seusai pertandingan, hanyalah media officer dari masing-masing federasi.  Wajar saja jika kita begitu "norak".

Kehadiran Timnas Indonesia U-19 telah membangkitkan harapan terhadap sepak bola kita yang selama ini seperti mati suri. Dengan adanya Timnas Indonesia U-19, kita jadi lebih berani bicara kemenangan dan prestasi.  Walaupun, pada akhirnya kita harus menerima kenyataan bahwa Indonesia memang belum berada di level asia.

Timnas Indonesia U-19 gagal mewujudkan targetnya untuk menembus semifinal demi mendapatkan tiket Piala Dunia U-20 di Selandia Baru tahun depan. Evan Dimas dan kawan-kawan tersingkir dari fase grup akibat menelan dua kekalahan beruntun melawan Uzbekistan (1-3) dan Australia (0-1). 

Selama lima hari berada di Yangon, bisa dibilang bahwa kami-lah yang menjadi penghuni media center Stadion Thuwunna. Sampai-sampai, kami sering "dipaksa" menghadiri sesi konferensi pers pertandingan lain. Jika tidak ada kami, konferensi pers tidak akan digelar karena hanya ada dua hingga tiga wartawan selain kami, itu pun wartawan asal Myanmar. 

Itu seperti yang terjadi saat hari pertama pertandingan Grup B, Jumat (10/10). Sesi konferensi pers pertandingan Australia melawan UEA yang bertanding pada malam hari nyaris ditiadakan karena sepi wartawan. Hanya ada empat pewarta. Satu wartawan dari kantor berita Internasional, dan sisanya wartawan lokal.

Ruangan konferensi pers dan media center hanya dipisahkan sebuah tembok. Kami yang sedang menyelesaikan laporan pun ditanya oleh seorang petugas apakah kami bersedia untuk menghadiri konferensi pers tersebut. 

"Hai, apakah kalian ingin hadir? Karena kalau tidak lebih dari 10 orang, lebih baik konferensi pers tidak diadakan dan langsung saja datang ke ruang ganti pemain untuk menemui pelatih," kata Hein Soe Tun yang menjadi penerjemah untuk para jurnalis Myanmar.

Karena kami membutuhkan komentar pelatih Australia untuk pertandingan melawan Indonesia, kami pun meninggalkan sejenak laporan untuk mengikuti konferensi pers. Situasi serupa terjadi pada laga kedua, Ahad (12/10), ketika panitia hendak menggelar konferensi pers hasil pertandingan antara Uzbekistan melawan UEA yang bertanding setelah laga Indonesia melawan Australia. 

Sesi pertama diperuntukkan kepada tim UEA. Kami mengikuti dengan cukup serius dan mencatat komentar-komentar pelaih UEA Abdullah Misfer. Sebab, Indonesia akan bertanding melawan UEA, Selasa (14/10). Namun, setelah sesi konferensi pers UEA selesai, hampir semua wartawan Indonesia ngeloyor pergi. Padahal setelah itu giliran tim pelatih Uzbekistan yang memberikan keterangan. 

Ruangan konferensi pers pun mendadak sepi. Beberapa panitia sempat meminta kami untuk tetap berada di ruangan. "Kalian mau kemana? Masih ada Uzbekistan," kata salah satu panitia. "Kami hanya butuh komentar UEA," demikian dijawab seorang rekan kami. Karena pelatih UEA sudah kadung datang, konferensi pers itu tetap digelar dengan jumlah wartawan seadanya. 

Hein Soe Tun seperti merasa kehilangan ketika kami berpamitan untuk pergi menuju Nay Pyi Taw yang membutuhkan waktu enam jam perjalanan darat. "Tidak ada kalian tidak ramai," ucap Hein. Di Grup B, masih ada satu pertandingan yang akan digelar di Stadion Thuwunna. Yakni laga antara Uzbekistan melawan Australia, Selasa (14/10). 

 

 


Redaktur : Citra Listya Rini
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar