Jumat 24 Oct 2014 20:35 WIB

Masih Terpantau 75 Titik Api, Kualitas Udara Palembang Mulai Normal

Red: Maman Sudiaman
Satu sudut Kota Palembang, Sumatra Selatan.
Foto: Antara
Satu sudut Kota Palembang, Sumatra Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Kualitas udara di Palembang dan beberapa daerah di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) yang beberapa pekan terakhir berada dalam level berbahaya bagi kesehatan, kini berangsur-angsur normal.

Walau sampai Jumat (24/10) pagi BMKG Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II mencatat masih ada sebaran titik atau hotspot di beberapa daerah. Dari pantauan satelit BMKG mendata ada 75 titik api yang tersebar di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) sebanyak 64 titik api, di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) dua titik api, Kabupaten Banyuasin lima titik api, Kabupaten Ogan Ilir (OI) dua titik api dan Kabupaten Muara Enim serta Lahat masing-masing satu titik pai.

Sementara itu, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumsel pada Kamis (23/10) mencatat kualitas udara di daerah ini mulai membaik dan masuk dalam kategori sedang.

Hujan yang terus mengguyur beberapa daerah di Sumsel telah telah berdampak semakin membaiknya kualitas udara karena kabut asap yang mulai berkurang. Menurut Kepala Badan Lingkungan Hidup Sumsel  Lukitariati,  kualitas udara mulai membaik dan masuk dalam kategori sedang karena berada pada kisaran 51 hingga 100. “Tingkat kualitas udara yang tidak berbahaya pada kesehatan manusia dan hewan.”

Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Sumsel saat ini tercatat hanya 53, setelah sebelumnya sempat mencapai angka 700. Penentuan ISPU diukur dari Carbon Monoxide (CO), Particulate Matter (PM) 10, Sulfur Dioxide (SO2), Nitrogen Dioxide (NO2), dan Ozone (O3). Secara keseluruhan, CO berada diangka 2, PM 10 berada diangka 53, SO2 berada diangka 20, NO2 berada diangka 40, dan O3 berada diangka 14.

Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Yulizar Dinoto, Pemprov Sumsel terus melakukan upaya untuk mematikan seluruh titik api yang berada di daerah ini. Pemadaman titik api di Sumsel dilakukan dengan waterbombing menggunakan empat unit helikopter yang setiap hari terbang di atas wilayah Sumsel.

Sejak Rabu (22/10) kembali dilakukan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) bersama BNPB dan LIPI menggunakan pesawat jenis Cassa milik TNI Angkatan Udara, sebelumnya menggunakan pesawat Hercules.

“Kita akan terus melakukan operasi udara maupun darat sampai asap benar-benar hilang dan kebakaran hutan serta lahan di Sumsel benar-benar zero. Musim hujan di Sumsel diperkirakan baru berlangsung November mendatang,” kata Yulizar Dinoto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement