Senin 10 Nov 2014 10:47 WIB

Negara Jangan Hitung-hitungan Membantu Rakyat!

Rep: C80/ Red: Winda Destiana Putri
Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) berunjuk rasa menolak rencana kenaikan BBM di halaman gedung DPRD Sumut, Medan, Rabu (5/11). (Antara/Irsan Mulyadi)
Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) berunjuk rasa menolak rencana kenaikan BBM di halaman gedung DPRD Sumut, Medan, Rabu (5/11). (Antara/Irsan Mulyadi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wacana Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi membuat resah warga Bandung. Pasalnya, belum lama ini mereka sudah mengalami kenaikan harga listrik.

Wakil Bupati Bandung, Deden Rukman Rumaji menegaskan menolak kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut. Menurutnya, sebelum harga BBM naik, harga listrik sudah naik terlebih dulu bahkan hingga seratus persen.

"Saya jelas menolak tegas kenaikan harga BBM, karena saya paham persis dampaknya yang akan timbul di masyarakat," kata Deden kepada Republika usai menghadiri upacara peringatan hari pahlawan, Ciwideuy, Bandung, Senin (10/11).

Deden menolak alasan kenaikan harga BBM tersebut akibat subsidi yang  membebani APBN. Pasalnya, negara jangan hitung-hitungan dalam membantu rakyat. Negara harus bisa menjamin kesejahteraan rakyat tanpa berfikir mencari keuntungan.

"Kenapa sih kita mempersoalkan subsidi buat rakyat. Selama kita mau, berikan sajalah, kalau negara pas-pasan, bukan berarti harus mencari keuntungan, karena ini bukan negara kapitalisme. Jadi harus berfikir bagaimana rakyat sejahtera," ujarnya tegas.

Dikatakan Deden, Persoalan apakah subsidi digunakan oleh orang kaya atau miskin, itu semua merupakan hak warga Negara Indonesia. "Belum waktunya, kalau mau naik sistemnya harus dibuat dahulu, jangan naik sebesar ini, ngeri ah," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement