Rabu 12 Nov 2014 15:54 WIB

Dukungan Pemerintah Terhadap Rohis Mesti Berkelanjutan (2-habis)

Rep: sonia fitri/ Red: Damanhuri Zuhri
AKSI CINTA ROHIS. Ratusan siswa yang tergabung dalam Rohani Islam (Rohis) melakukan aksi cinta Rohis di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (23/9).
Foto: ANTARA
AKSI CINTA ROHIS. Ratusan siswa yang tergabung dalam Rohani Islam (Rohis) melakukan aksi cinta Rohis di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (23/9).

REPUBLIKA.CO.ID,

Terkait rohis yang dinilai kerap dijadikan sarana penyusupan paham radikal, Rektor Universitas Islam As-Syafi'iyyah (UIA) Jakarta ini, tak begitu sepakat.

Menurut Tutty, justru rohis sangat penting dalam mewarnai kegiatan pelajar muda di sekolah, serta mendekatkan siswa kepada agama secara massif.

Maka, jika ada orangtua yang merasa khawatir anaknya menjadi intoleran karena masuk rohis, itu tak lebih sebagai anggapan yang berlebihan.

Justru menurutnya, orangtua mesti berterima kasih dengan keberadaan rohis yang menyediakan layanan pendidikan Islam di sekolah kepada anak didik.

“Mendidik remaja itu perlu sinergi, antara orangtua, guru, pemerintah dan penyelenggara organisasi seperti rohis,” papar Tutty menjelaskan..

Tutty pun tak sepakat jika rohis kerap menimbulkan kesan eksklusif sehingga terjadi sekat antara Anak Rohis dan Anak Biasa. Menurutnya, esklusivitas suatu kelompok merupakan hal yang wajar dalam porsinya masing-masing.

Sebab, anak-anak rohis pun akan berbaur dengan siswa lainnya, mewarnai mereka dengan semangat Islam yang damai, misalnya dalam banyak acara tahunan sekolah.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
سَيَقُوْلُوْنَ ثَلٰثَةٌ رَّابِعُهُمْ كَلْبُهُمْۚ وَيَقُوْلُوْنَ خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًاۢ بِالْغَيْبِۚ وَيَقُوْلُوْنَ سَبْعَةٌ وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ ۗقُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ مَّا يَعْلَمُهُمْ اِلَّا قَلِيْلٌ ەۗ فَلَا تُمَارِ فِيْهِمْ اِلَّا مِرَاۤءً ظَاهِرًا ۖوَّلَا تَسْتَفْتِ فِيْهِمْ مِّنْهُمْ اَحَدًا ࣖ
Nanti (ada orang yang akan) mengatakan, ”(Jumlah mereka) tiga (orang), yang ke empat adalah anjingnya,” dan (yang lain) mengatakan, “(Jumlah mereka) lima (orang), yang ke enam adalah anjingnya,” sebagai terkaan terhadap yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan, “(Jumlah mereka) tujuh (orang), yang ke delapan adalah anjingnya.” Katakanlah (Muhammad), “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit.” Karena itu janganlah engkau (Muhammad) berbantah tentang hal mereka, kecuali perbantahan lahir saja dan jangan engkau menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada siapa pun.

(QS. Al-Kahf ayat 22)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement