Kamis 08 Jan 2015 18:47 WIB

Penelitian: Pasien Gangguan Jiwa Punya Tingkat Dehidrasi Tinggi

Red: Hazliansyah
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB)
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tubuh manusia terdiri dari 55 hingga 75 persen air. Karena itu kebutuhan cairan dalam tubuh harus terpenuhi. 

Pada manusia normal, cairan dalam tubuh biasanya terpenuhi dengan baik. Pasalnya ada rasa haus yang menjadi mekanisme utama tubuh untuk merangsang konsumsi cairan yang memadai. 

Namun bagaimana dengan mereka yang memiliki gangguan jiwa?

Berdasarkan penelitian pasien gangguan jiwa tidak sensitif akan rasa haus. Sehingga dehidrasi tentu akan terjadi dengan sendirinya. Selain itu, perilaku makan yang berbeda-beda (pria atau wanita) seperti nafsu makan yang tidak teratur juga memiliki pengaruh. 

Ketidakaturan itu sendiri bisa karena adanya halusinasi, keinginan bunuh diri, hiperaktif, hipertim (keadaan yang sangat menggembirakan), hipotim (keadaan yang sangat menyedihkan) dan suasana baru yang mencekam dan membosankan. 

Obat-obatan yang biasanya diberikan kepada pasien gangguan jiwa memberi efek berupa mulut kering. 

Mochamad Enra Sujanawan dan Hadi Riyadi selaku peneliti IPB melakukan pengamatan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor pada Tahun 2014. 

Dua peneliti dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (Fema) Institut Pertanian Bogor (IPB), itu menyimpulkan pasien gangguan jiwa wanita masuk dalam kategori berlebih (dehidrasi lebih tinggi) . Sedangkan pasien gangguan jiwa laki-laki masuk dalam kategori cukup. 

Riset yang telah dipublikasikan di Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2014 ini dilakukan pada pasien gangguan jiwa rawat inap kelas III, berusia 17-45 tahun, tidak disertai penyakit lain, kondisi tenang dan dapat makan sendiri. 

“Selain itu, pasien dapat diajak kerjasama seperti mau diukur tinggi badan dan berat badannya serta dapat diamati asupannya selama tiga hari. Jumlah pasien yang diamati sepuluh orang pasien laki-laki dan tiga orang pasien wanita,” ujar Enra dalam keterangan tertulis kepada Republika Online (ROL), Kamis (8/1). 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement