REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Mangrove tidak diragukan lagi manfaatnya. Selain bisa dimanfaatkan untuk kawasan tambak, mangrove alias hutan bakau juga bisa memikat wisatawan saat dijadikan area wisata.
Direktur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial Hilman Nugroho, dari luas 1,08 juta hektar mangrove di Indonesia telah mengalami kerusakan. "Untuk memperbaiki Ekosistem Mangrove, kuncinya sabar dan komitmen," katanya, Kamis (20/2).
Dia mengatakan mangrove berperan sangat penting sebagai penyangga kehidupan yaitu air, tanah dan udara. Selain itu, Mangrove juga bisa menyerap karbon yang tinggi, meningkatkan oksigen dan tempat berlangsung hidup fauna seperti kepiting, ikan dan burung.
Menurut Guru Besar IPB Tridoyo Kusumastanto merusak hutan mangrove sama dengan merusak kehidupan manusia. Sebab menurutnya hutan bakau sangat berpengaruh bagi keberlangsungan hidup, terutama mereka yang tinggal di kawasan ekosistem Mangrove tersebut.
"Merusak Mangrove berarti tidak memulyakan manusia. Padahal Satu nyawa pun sangatlah berharga," katanya pada diskusi mangrove for nation "Mangrove untuk pembangunan berkelanjutan" di ballroom Hotel Patrajasa, Denpasar.
Tridoyo mengungkapkan, masih banyak masyarakat pesisir yang belum peduli pada kehidupan Bakau di sekitarnya. Malah banyak juga mereka yang menganggap laut sebagai halaman belakang rumah dengan membuang sampah sembarangan.
Untuk menjaga hutan mangrove, PT Pertamina (Persero) yang melibatkan masyarakat dalam melakukan penghijauan. Dalam lanjutkan Program 100 Juta Pohon, Pertamina menanam Mangrove di Pantai Mertasari.Direktur SDM dan Umum Pertamina Dwi Wahyu Daryoto mengatakan dari target 100 juta pohon, ia sudah berhasil menanam 88 juta pohon. Dari total itu, dua juta pohon di antaranya adalah pohon Mangrove.
