Jumat 20 Feb 2015 17:00 WIB

Siswa SMA Yogyakarta Raih Emas di Olimpiade Sains

Rep: Yulianingsih / Red: Dwi Murdaningsih
Pameran Indonesia Science Project Olympiad (ISPO).
Foto: Republika/Agung Fatma Putra
Pameran Indonesia Science Project Olympiad (ISPO).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Siswi SMA Kesatuan Bangsa Yogyakarta berhasil meraih emas dan perunggu di ajang Indonesian Science Project Olympiade (ISPO) di Jakarta, Februari 2015 lalu. Emas dan perunggu ini diperoleh di bidang Rekayasa Teknologi di ajang tersebut. Ada dua tim yang memperoleh penghargaan tersebut. Tim pertama yang beranggotakan Nabila Zabrajad Assyahidah dan Kim Yoo Min melalui penelitian berjudul sistem cerdas pengairan tanaman C3 menggunakan sensor kelembaban tanah berbasis jaringan nirkabel berhasil meraih emas.

Sedangkan tim kedua beranggotakan Ishania Rizki Melinda dan Laras Wintang Kirana dengan penelitian berjudul smart exam pencil berhasil meraih perunggu. Selain kedua tim ini satu siswa SMA Kesatuan Bangsa juga berhasil meraih honorable mention di bidang Biologi di ajang tersebut. Siswa ini adalah Muhammad Zafran Kasman Artsiantomo mengetengahkan penelitian berjudul simpe anemic indicator dia ajang itu.

Nabila mengatakan ajang ISPO di Jakarta tersebut digelar selama 2 hari 16-18 Februari lalu. ISPO sendiri diikuti ratusan tim dari berbagai sekolah di Indonesia. Namun saat final ajang itu hanya diikuti 123 tim saja. "SMA Kesatuan Bangsa sendiri mengirim 12 tim di ajang ini dengan 23 siswa di berbagai bidang," katanya.

Menurutnya, penelitian yang dilakukannya ini berawal dari keprihatinan mereka atas sistem irigasi yang dilakukan petani di Indonesia. Karena sistem irigasi yang dilakukan selama ini masih tradisional. "Kita menciptakan alat khusus yang bisa melakukan pengairan secara otomatis melalui sensor kelembaban tanah," ujarnya.

Alat yang mereka ciptakan tersebut juga masih dalam bentuk prototype. Namun alat itu bisa dikembangkan lebih jauh sesuai kebutuhan pertanian di Indonesia. 

Dikatakan Kim Yoo Min, penelitian yang mereka lakukan menggunakan tanaman padi, kedele, gandum dan kentang yang ditanam di pot. Alat otomatis pengairan yang mereka ciptakan tersebut langsung dihubungkan dengan tanah di pot tanaman dan juga di sistem irigasi melalui pompa air.

"Kelebihan alat kita adalah menggunakan jaringan nirkabel jadi bisa digunakan di lahan pertanian tanpa listrik," ujarnya.

Atas prestasi tersebut keduanya akan dikirim mengikuti ajang yang sama tingkat internasional di Rio De Jeneiro, Brasil tahun ini. Begitupula tim kedua juga akan mengikuti ajang internasional di Turki tahun ini. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement