Dugderan, Cara Warga Semarang Sambut Ramadhan

Red: Didi Purwadi

Ahad 14 Jun 2015 14:14 WIB

Karnaval Dugderan merupakan tradisi khas warga Kota Semarang yang digelar untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Foto: Antara/R Rekotomo Karnaval Dugderan merupakan tradisi khas warga Kota Semarang yang digelar untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Warga Semarang punya tradisi 'dugderan' dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Meski awal sejarahnya dugderan sebagai tanda masuknya bulan Ramadhan, prosesi dugderan yang menjadi tradisi masyarakat Semarang ditegaskan kini bukanlah pertanda awal Ramadhan.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Masdiana Safitri, tahun lalu menegaskan,"Perlu diketahui masyarakat bahwa pembacaan sukuf halaqoh, penabuhan bedug, dan suara meriam yang menjadi prosesi dugderan bukan pertanda dimulainya puasa pada hari berikutnya."

Masdiani menjelaskan rangkaian prosesi dugderan hanya sebagai sarana melestarikan budaya warisan leluhur. Dugderan digelar untuk mengajak masyarakat menyambut datangnya Ramadhan dengan penuh sukacita.

Seperti dirangkum dari pusat data Republika, kata dugderan berasal dari kata 'dug' yang merupakan kiasan dari suara beduk. Kemudian, kata ‘der’ yang merupakan kiasan dari suara petasan. Kata 'an' merupakan kata yang biasa digunakan oleh masyarakat Jawa Tengah dalam menggambarkan suatu kegiatan.

Dari susunan kata tersebut, maka dapat tergambarkan bahwa dugderan merupakan kegiatan yang diramaikan oleh suara bedug dan suara petasan.

Warak Ngendok

Acara dugderan diawali dengan kegiatan berupa karnaval. Kemudian, diakhiri dengan bunyi suara beduk dan letusan petasan.

Saat karnaval digelar, terdapat berbagai macam mobil hias. Selain itu, patung Warak Ngendok juga terdapat dalam karnaval itu dan merupakan tokoh utama dalam rangkaian tradisi dugderan.

Patung Warak Ngendok memiliki bentuk yang menyerupai naga. Kata Warak merupakan sebutan untuk hewan imajiner yang menyerupai naga. Sedangkan, kata Ngendok merupakan kata dari bahasa Jawa yang berarti telur.

Makna dari patung Warak Ngendok adalah gambaran sikap manusia yang penuh dosa seperti yang digambarkan patung naga. Sedangkan, telur yang juga terdapat dalam patung tersebut menggambarkan kondisi manusia yang kembali suci.

Karnaval dilakukan mulai dari Kantor Balai Kota menuju Masjid Agung Jawa Tengah. Setelah iring-iringan karnaval tiba di Masjid Agung, acara biasanya dilanjutkan dengan acara pengumuman mengenai tibanya Ramadhan.

Acara puncak dalam tradisi tersebut disambut dengan penuh sukacita oleh masyarakat dan diiringi oleh suara tabuhan beduk serta suara petasan dan meriam yang terbuat dari bambu.

Pasar Rakyat

Pasar rakyat biasanya digelar beberapa hari sebelum prosesi dugderan digelar. Pasar rakyat dalam tradisi dugderan diselenggarakan di Jalan pemuda.

 

Dalam pasar rakyat itu dijajakan berbagai macam barang dagangan. Beragam dagangan itu, seperti pakaian, makanan, dan berbagai perlengkapan-perlengkapan lainya. Selain itu, berbagai macam arena hiburan juga bisa ditemukan saat pasar rakyat belangsung.

Hiburan seperti komedi putar, odong-odong, kolam bola, dan kereta mini merupakan berbagai macam arena yang turut memeriahkan pesta rakyat itu.

Ini membuat pasar rakyat selalu berhasil menarik masyarakat sekitar Kota Semarang untuk turut meramaikan pasar rakyat tersebut.

 

Terpopuler