Sabtu 04 Jul 2015 17:17 WIB

Pemerhati Anak: Banyak yang Ingin Cari Tenar di Kasus Engeline

Red: Erik Purnama Putra
Doa bersama untuk Engeline di Bundaran, HI, Jakarta.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Doa bersama untuk Engeline di Bundaran, HI, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati perempuan dan anak Giwo Rubianto Wiyogo mengatakan kasus Engeline terlalu dipolitisasi dan banyak ingin mencari tenar melalui kasus tersebut. "Sebagai pemerhati saya prihatin dengan kasus Angeline karena terlalu dipolitisir dan ada pihak-pihak yang ingin mendapatkan keuntungan dari masalah anak tersebut," ujar Giwo di Jakarta, Sabtu (4/7).

Di negara lain, sambung Giwo, pelaku kekerasan yang sampai menghilangkan nyawa anak tersebut terancam hukuman mati. Akan tetapi yang terjadi sebaliknya pada kasus Engeline masih terjadi tarik ulur. Polisi telah menetapkan ibu angkat Engeline, M, sebagai tersangka. Sebelumnya polisi menetapkan, AG, sebagai tersangka pembunuhan.

Sedangkan ibu angkat Engeline ditetapkan tersangka penelantaran anak. Polisi sebelumnya mengaku memiliki empat alat bukti untuk menjerat M. Tetapi, ibu angkat Engeline, M, menolak diperiksa sebagai tersangka. Malah belakangan, tim pengacara M, Hotma Sitompul mengajukan gugatan praperadilan di Pengadilan Negeri Denpasar.

"Ini ada kasus kekerasan pada anak, korbannya meninggal, seharusnya jangan dipolitisiasi. Kekerasan pada anak memiliki kekuatan hukum yang kuat," ujarnya.

Selain itu, dia juga kasus tersebut juga merambah ke berbagai persoalan seperti proses adopsi yang hanya dilakukan di depan akta notaris. "Saya melihat masyarakat mulai jenuh melihat perkembangan kasus ini. Seharusnya kita harus fokus pada kasus kekerasan pada anak, jangan sampai meluas," jelasnya.

Dia mengharapkan kasus tersebut jangan diperluas, polisi harus mampu menyelesaikan kasus tersebut dengan tuntas, karena masih banyak kasus kekerasan pada anak yang harus diselesaikan.

"Kasus Engeline mengajarkan kita banyak hal. Terutama mengenai peran guru dalam perlindungan anak. Jika ada murid yang ke sekolah kumal, tidak terurus maka guru harus memberi perhatian lebih, bahkan kalau perlu harus mendatangi orang tuanya," imbuhnya.

Engeline merupakan anak dari pasangan Rosidi dan Hamida, yang kemudian diadopsi oleh M dan suaminya yang berkebangsaan Amerika Serikat. Ia diadopsi sejak berumur tiga hari karena alasan ekonomi sampai kemudian tumbuh menjadi anak yang cantik dan hidup layak.

Kehidupan Engeline berubah sepeninggal ayah angkatnya. Engeline kerap disiksa dan tak diurus. Pada pertengahan Mei 2015, Angeline dikabarkan hilang. Tiga pekan setelah berita kehilangannya, polisi menemukan Angeline dikubur di dekat kandang ayam dengan leher terlilit tali plastik dan selimut yang membungkus tubuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement