Kisah Yasin, Berdakwah di Kawasan Prostitusi

Red: Dwi Murdaningsih

Jumat 10 Jul 2015 15:41 WIB

Yasin, dari dari BMH Foto: BMH Yasin, dari dari BMH

REPUBLIKA.CO.ID, Demi masa depan umat, dakwah harus tetap semangat. Hal itu menjadi prinsip dari Yasin, dai Baitul Maal Hidayatullah yang bertugas di Jalan Persemaian, Nunukan Barat. Pria kurus tinggi kelahiran Majene 43 tahun silam itu melakoni dakwah yang tidak lazim bagi umumnya dai. Sejak 2011 dai yang pernah malang melintang di berbagai dunia profesi ini memantabkan hati berdakwah di Nunukan. Tak dinyana, tempat tugasnya adalah suatu kawasan dimana prostitusi dibiarkan.

Menghaapi kenyataan tersebut, ayah dari tujuh anak ini tidak bisa apa-apa. "Mau lari dari tugas, tidak mungkin. Mau menyerah dengan minta pindah tugas, rasanya kok Allah seperti tidak akan menolong. Jadi, ya bismillah saja, aku jalani saja dakwah ini semampu saya," ucapnya kala ditemui tim BMH di kediamannya (9/7).

Menghadapi tantangan dakwah yang seperti itu, alumni Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak tahun 1998 ini mengaku berprinsip seperti ikan di laut. Awalnya dia bingung. Pemandangan orang mabuk di malam hari dengan pasangannya adalah hal biasa. Belum lagi perempuan yang kerap kali dari sisi pakaian kurang enak dipandang.

"Aku tidak masalah, tetapi anak-anaku ini yang sering kutakutkan," ungkapnya.

Lambat lau aku teringat ucapan sang guru di Gunung Tembak. Dia mengingat nasihat tentang filosofi ikan di laut. Meskipun hidup di air asin, makan dan minum di air asin, tetapi tubuh tidak asin. Untuk tidak 'terbawa asin', Yasin pun membentengi dirinya dengan amalan-amalan wajib seorang Muslim.

"Apa yang harus kulakukan, sudah pasti sholat tidak boleh lewat, tahajud, membaca Alquran. Nah, itulah pertahanan diri dan keluargaku. Tanpa itu, pertahanan iman ini lama-lama terkikis dan hilang. Ibarat ikan di laut, sudah tidak hidup lagi. Karena ikan yang bisa asin, yang sudah mati dan ditaburi garam," paparnya.

Terpopuler