Selasa 28 Jul 2015 01:22 WIB

Sekolah Internasional Harus Jalankan Program Budi Pekerti

Red: Angga Indrawan
Arist Merdeka Sirait
Arist Merdeka Sirait

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait menyatakan sekolah internasional yang berada di Indonesia harus menjalankan program Penumbuhan Budi Pekerti (PBP). Sekolah Internasional perlu menerapkan program tersebut, selain sekolah yang berada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Saya menilai sekolah internasional juga harus menjalankan PBP ini yang dimulai Senin (27/7) ini karena mereka berdiri di Indonesia," kata Arist, Senin (27/7).

Selain berdiri di Indonesia, kata Arist, berbagai sekolah internasional juga menerima peserta didik yang merupakan warga negara Indonesia, seperti JIS (Jakarta International School), JIKS (Jakarta International Korean School), dan SIS (Singapore International School).

"Seperti JIS, JIKS, dan SIS kan menerima murid Indonesia. Maka, PBP itu juga harusnya diberlakukan di sana, terkecuali sekolah yang hanya menerima warga asing saja," ujar Arist.

Oleh karena itu, lanjut Arist, pemberlakuan program PBP ini harus dipertegas dan diperluas lagi karena generasi penerus bangsa di mana pun harus diperhatikan tumbuh kembang dan karakternya oleh Negara di mana pun dia mengenyam pendidikan.

Atas instruksi Mendikbud Anies Baswedan agar setiap sekolah di seluruh Indonesia menjalankan program PBP, Arist mendukung dan menilai hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan dalam mengembangkan intelektualitas, emosional, dan spiritualitas.

"Tiga aspek tujuan pendidikan itu harusnya memang dicapai, karenanya saya dukung langkah Mendikbud soal ini karena saat ini saya lihat pendidikan masih mengesampingkan pendidikan karakter seperti ini," ujarnya.

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قُلْتُمْ يٰمُوْسٰى لَنْ نَّصْبِرَ عَلٰى طَعَامٍ وَّاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ مِنْۢ بَقْلِهَا وَقِثَّاۤىِٕهَا وَفُوْمِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا ۗ قَالَ اَتَسْتَبْدِلُوْنَ الَّذِيْ هُوَ اَدْنٰى بِالَّذِيْ هُوَ خَيْرٌ ۗ اِهْبِطُوْا مِصْرًا فَاِنَّ لَكُمْ مَّا سَاَلْتُمْ ۗ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاۤءُوْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيّٖنَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ ࣖ
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan saja, maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.

(QS. Al-Baqarah ayat 61)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement