Jumat 18 Sep 2015 09:50 WIB

Mahasiswa Ini Berhasil Kembalikan 98 Anak ke Sekolah

Rep: andi nurroni/ Red: Taufik Rachman
Siswa SMP
Foto: Republika/Yasin Habibi
Siswa SMP

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Pemerintah Kota Surabaya punya terobosan dalam upaya menyelamatkan akan-anak putus sekolah. Mereka menggandeng kalangan mahasiswa melalui program campus social responsibility (CSR). Pada tahun pertama, 98 anak putus sekolah berhasil diselamatkan dan kembali bersekolah. Saat ini program tersebut memasuki tahun kedua.

Pada 2014, CSR dilaksanakan di 11 kecamatan di Surabaya sebagai proyek percobaan. Tak kurang dari 162 anak mendapat pendampingan dari 162 kakak asuh, yang tak lain para mahasiswa. Tahun ini, program yang sempat masuk sebagai finalis dalam lomba pelayanan publik Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi ini mulai diterapkan menyeluruh di 31 kecamatan.

Jumlah anak yang didampingi melonjak sebanyak 256 anak. Sedangkan kampus yang terlibat sebanyak 21 perguruan tinggi di Kota Pahlawan. Kadinsos Surabaya Supomo mengatakan, penentuan anak yang didamping berdasarkan data anak putus sekolah maupun rentan putus sekolah yang diperoleh dari kelurahan. Selanjutnya, kata dia, para kakak asuh rutin bertatap muka dengan adik asuh setiap harinya.

“Dalam program ini, semua mahasiswa yang terlibat tidak dibayar. Mereka murni menjalankan tugasnya sebagai relawan. Adapun dukungan dana berasal dari masing-masing kampus guna menunjang program-program pendampingan,” ujar Supomo melalui rilis tertulis yang diterbitkan bagian humas Pemkot Surabaya, Kamis (17/9).

Pada Kamis (17/9), Pemkot Surabaya menggelar acara silaturahmi program CSR. Para anak asuh, kakak asuh serta perwakilan perguruan tinggi dan pihak-pihak terkait diundang dalam kegiatan tersebut. Dalam sambutannya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan, keunggulan program CSR ini adalah kentalnya unsur kedekatan antara kakak dan adik asuh.

Rentang usia yang tidak terlalu jauh, kata Risma, membuat pola komunikasi menjadi lebih mudah. Dengan demikian, kata dia, kakak asuh bisa masuk lebih dalam untuk membantu adik asuh mengatasi permasalahannya. “Makanya, ini bukan semata masalah uang saja, tapi masalah kedekatan,” kata Risma dalam acara silaturahmi program CSR, di rumah dinas wali kota, Kamis (17/9).

Lebih lanjut, Risma mengatakan problem anak putus sekolah maupun rentan putus sekolah bukan terletak pada masalah biaya. Sebab, sekolah negeri di Surabaya sudah digratiskan. Menurut dia, inti masalah terletak pada faktor lingkungan yang berdampak pada rendahnya disiplin diri.

Hal tersebut berpengaruh terhadap motivasi untuk bersekolah. “Mereka tidak mau sekolah karena tidak mau disiplin. Oleh karenanya, para mahasiswa ini hadir sebagai teman dan sahabat yang perlahan tapi pasti membantu anak-anak itu untuk disiplin,” ujar Risma.

Risma menambahkan, di samping berperan sebagai teman curhat, dalam beberapa kesempatan, kakak asuh bahkan mengantar-jemput adik asuh ke sekolah hingga memandikan mereka. “Terima kasih atas pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran kakak-kakak mahasiswa,” kata Risma.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement