Rabu 14 Oct 2015 14:41 WIB

Batu Mulia Makin Kinclong dengan Radiasi Nuklir

Red: Didi Purwadi
Batu mulia (ilustrasi)
Foto: Republika/Yasin Habibi
Batu mulia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tabung aluminium berdiameter 60 mm setinggi 100 mm yang telah penuh dengan batu-batu topaz tanpa warna seberat 2,5 kg itu dimasukkan ke dalam pipa pengarah target (stringer).

Pipa tersebut berada di teras reaktor nuklir berdaya 15 MW mencuat enam meter di atas kolam reaktor, dalam posisi iradiasi di atas lubang lempeng nozzle grid.

Dalam beberapa jam (maksimal 10 jam) tabung tersebut dikeluarkan dari pipa di teras reaktor yang sedang beroperasi, menandai iradiasi batu-batu topaz telah selesai.

Batu topaz yang teraktivasi tersebut, kemudian disimpan dalam kolam penyimpanan bahan bakar bekas (cooling down) sampai meluruh dan bukan lagi radioaktif (di bawah 70 Bq per gram).

Ini adalah fasilitas iradiasi di Reaktor Serba Guna GA Siwabessy milik Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Banten yang telah bertahun-tahun menerima perlakuan (treatment) iradiasi untuk bebatuan mulia.

"Batu-batu topaz berwarna putih tanpa warna kurang memiliki nilai ekonomis. Setelah diiradiasi dalam teras reaktor beberapa jam berubah warnanya menjadi biru, jenis warna topaz yang sangat diminati, namun sangat jarang di alam," kata Kepala Bidang Operasi Reaktor Pusat GA Siwabessy BATAN, Yusi Eko Yulianto, seperti dikutip dari Antara.

Topaz yang memiliki rumus kimia Al2SiO4(FOH)3 ("aluminium silicate fluoride hydroxide"), menurut dia, adalah batu mulia paling umum di dunia yang mendapat perlakuan iradiasi terkait kesesuaiannya dengan perlakuan ini menurut hasil riset.

Data American Gem Trade Association menyebut sekitar 30 juta karat (6.000 kg) topaz diiradiasi setiap tahun di seluruh dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement