Kamis 15 Oct 2015 15:51 WIB

Reaktor Nuklir BATAN Dipercaya Perusahaan Permata Jerman

Red: Didi Purwadi
Ilustrasi - Reaktor nuklir untuk riset di Anjungan Reaktor Nuklir di Puspiptek Serpong.
Foto: Antara/Muhammad Deffa
Ilustrasi - Reaktor nuklir untuk riset di Anjungan Reaktor Nuklir di Puspiptek Serpong.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fasilitas iradiasi di Reaktor Serba Guna GA Siwabessy milik Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Banten, telah bertahun-tahun menerima perlakuan (treatment) iradiasi untuk bebatuan mulia.

Kepala Bidang Operasi Reaktor Pusat GA Siwabessy Batan, Yusi Eko Yulianto, mengatakan kepada Antara bahwa salah satu pemanfaat fasilitas reaktor nuklir milik BATAN di Serpong adalah perusahaan permata asal Jerman yang memasok batu jenis topaz sebanyak 20 kg setiap lima hari.

Topaz yang memiliki rumus kimia Al2SiO4(FOH)3 ("aluminium silicate fluoride hydroxide"), menurut dia, adalah batu mulia paling umum di dunia yang mendapat perlakuan iradiasi terkait kesesuaiannya dengan perlakuan ini menurut hasil riset. Data American Gem Trade Association menyebut sekitar 30 juta karat (6.000 kg) topaz diiradiasi setiap tahun di seluruh dunia.

BATAN memiliki aturan ketat dan prosedur operasi standar internasional yang sama mengenai berbagai komoditas yang mendapat perlakuan iradiasi di reaktornya, termasuk batu permata.

"Karena itulah perusahaan permata Jerman memilih BATAN untuk memberi treatment untuk komoditas topaznya. Sebenarnya reaktor Batan pun jika sedang sibuk memproduksi isotop, permintaan ini akan disisihkan atau ditolak," kata Yusi.

Namun, dari berbagai batu mulia lainnya, sejauh ini hanya batu topaz yang mendapat treatment di reaktor nuklir Batan, baik yang masih berupa batu bongkahan maupun yang telah menjadi permata berfaset.

Beberapa batu jenis lainnya yang dicoba untuk di-treatment di reaktor Batan seperti agate dan kalsedon belum menunjukkan hasil yang jauh lebih baik seperti laiknya topaz.

Perlakuan untuk memperindah batu mulia, tutur Ildrem Syafri, tidak hanya iradiasi, tapi juga "heat" (pemanasan), "diffusion" (difusi), "filling" (pengisian), "coating" (pelapisan), "dyeing" (pencelupan), atau "oiling" (meminyaki).

Warna kemilau pada batu hasil iradiasi meskipun cukup stabil, menurut dia, bisa juga memudar jika terkena paparan sinar kuat dan suhu tinggi, karena itu batu mulia treatment harus dijaga agar tetap indah warnanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement