Ahad 25 Oct 2015 07:07 WIB

Sabun Antibakteri Berbahaya bagi Tubuh?

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Winda Destiana Putri
Sabun mandi
Foto: botaniesoap
Sabun mandi

REPUBLIKA.CO.ID, Tujuan mandi sejatinya adalah untuk membersihkan tubuh kita dari bermacam kotoran.

Akan tetapi, seorang dokter di AS belum lama ini mengungkap, mandi secara teratur menggunakan sabun antibakteri setiap hari dapat membuat tubuh menjadi lebih rentan terhadap penyakit. Benarkah begitu?

Pendiri Digestive Center for Women di Maryland, AS, dr Robynne Chutkan mengatakan, sabun antibakteri yang biasa kita gunakan saat ini tidak hanya mampu mengangkat daki atau kotoran yang menumpuk di badan.

Bahan kimia keras yang terkandung dalam sabun itu, menurutnya, juga dapat membunuh bakteri-bakteri baik yang berperan sebagai penangkal jerawat dan eksim di kulit kita.

Dr Chutkan berpendapat, tubuh kita sebenarnya bisa dibersihkan hanya dengan membilasnya dengan air tanpa sabun setiap hari. Bahkan, kata dia, cara membersihkan badan seperti itu juga bisa diterapkan setelah seseorang berolahraga atau melakukan latihan berkeringat sekalipun.

"Kotoran yang ada di badan sesungguhnya tidak menyebabkan penyakit. Akan tetapi, membunuh bakteri baik pada kulit Anda secara berulang kali (dengan sabun antibakteri) justru dapat membahayakan kekebalan dan kesehatan Anda," ujar dr Chutkan, seperti dikutip Independent, Sabtu (24/10).

Ia menuturkan, mencuci tangan dengan sabun biasa jauh lebih baik dibandingkan dengan membersihkan tangan menggunakan sabun antibakteri.

"Saat tangan kita terasa kotor, maka cucilah ia dengan sabun biasa dan air hangat. Jangan membunuh bakteri baik yang menempel di kulit, karena mereka sungguh tidak berbahaya dan tidak akan menyakiti Anda," kata dr Chutkan lagi.

Tahun lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis laporan yang menunjukkan adanya infeksi bakteri yang tidak dapat diobati secara global lantaran meluasnya penggunaan gel antibakteri.

Laporan tersebut juga menyebutkan, penggunaan bahan-bahan antibakteri menyebabkan sejumlah virus bermutasi sehingga menjadi resisten dan kebal terhadap obat. Akibatnya, virus-virus itu jadi semakin lebih sulit untuk dikendalikan atau diberantas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement