Kamis 26 Nov 2015 22:29 WIB

Unicef: Sanitasi Buruk buat Indonesia Merugi Rp 56 Triliun

Red: M Akbar
UNICEF
Foto: Twitter
UNICEF

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- UNICEF Wash Officer, Wildan Setiabudi, mengatakan dari hasil survei World Bank 2008 diketahui sanitasi buruk telah merugikan Indonesia Rp 56 triliun.

"Buruknya sanitasi telah merugikan Indonesia sebesar Rp56 triliun atau sekitar 2,3 persen dari pendapatan perkapita (GDP) Indonesia," kata Wildan di Makassar, Kamis (26/11).

Dia mengatakan, kerugian material dan nonmateril itu terjadi akibat masih minimnya kesadaran untuk menggunakan air bersih dan sarana sanitasi yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai gambaran, hingga data yang dilansir itu masih terdapat 51 juta penduduk dari sekitar 200 juta penduduk Indonesia yang Buang Air Besar Sembarangan (BABS).

Akibat dari kondisi itu, lanjut dia, setiap jam terdapat 15 - 22 orang yang meninggal akibat diare dan penumonia yang pemicunya karena sanitasi yang buruk.

Selain itu, setiap tahun terdapat 136 ribu - 190 ribu anak-anak di Indonesia meninggal sebelum usia liam tahun dengan pemicu yang sama.

Menyikapi kondisi tersebut, Chief Water Sanitation and Hygiene UNICEF Aidan Cronin mengatakan, lembaga internasional itu menggandeng mitra di lapangan untuk menggencarkan gerakan dan kampanye dalam Aksi Nasional Tinju Tinja.

"Hal itu dimaksudkan agar Indonesia bebas dari ancaman BABS," katanya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif BaKTI Caroline Tupamahu mengatakan, pihaknya menyambut baik aksi nasional itu dan berjanji akan membantu menyosialisasikan pentinya memerangi BABS.

Sosialisasi itu, ungkap dia, akan melalui BaKTI News dan Batukar Info yang selama ini sudah dijalankan. Termasuk menggelar diskusi tematik bersama mitranya di Gedung BaKTI, Makassar.

Pada kesempatan yang sama turut hadir Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Kabupaten Luwu Utara Anjas. Testimoni selaku kabupaten percontohan bebas BABS pun dikemukakan kepada media dan lembaga swadaya masyarakat.

Menurut dia, upaya memotivasi warga untuk meninggalkan kebiasaan buruknya BABS diawali dari tiga desa binaan yang kemudian bebas BABS, kemudian bertambah menjadi 18 desa di wilayah kerjanya.

"Bahkan tak segan-segan kami berikan hadiah menarik melalui kompetisi desa bebas BABS/ODF," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement