Jumat 11 Dec 2015 18:43 WIB

Thailand Pertimbangkan Tuntut Penyelidik Perdagangan Manusia

Red: Ani Nursalikah
Sebuah kandang yang ditemukan di sebuah hutan di perbatasan Malaysia-Thailand, lokasi ditemukannya 139 kuburan massal imigran, Selasa (26/5).
Foto: reuters
Sebuah kandang yang ditemukan di sebuah hutan di perbatasan Malaysia-Thailand, lokasi ditemukannya 139 kuburan massal imigran, Selasa (26/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Kepolisian Thailand, Jumat (11/12), mengatakan mereka mempertimbangkan menuntut mantan perwira yang menyelidiki kasus perdagangan orang dengan tuduhan pencemaran nama baik, atas komentarnya yang mengaitkan pejabat-pejabat senior dalam perdagangan ilegal itu.

Mayor Jendral Polisi Paween Pongsirin tiba di Melbourne beberapa hari lalu dan mengatakan kepada stasiun penyiaran Australian Broadcasting Corp (ABC), Kamis (10/12), ia mengkhawatirkan keselamatannya karena tokoh-tokoh berpengaruh dalam pemerintah Thailand, militer dan kepolisian yang terlibat dalam perdagangan ilegal itu menginginkan kematiannya.

(Baca: Jenderal Polisi Thailand Minta Suaka Politik di Australia)

"Ada beberapa polisi jahat dan tentara jahat yang melakukan hal-hal semacam ini. Sayangnya, polisi dan militer jahat itu adalah orang-orang yang punya kekuasaan," kata Paween kepada stasiun tersebut.

Kepala Polisi Thailand Jakthip Chaijinda mengatakan ia tidak tahu kenapa Paween lari, namun mengatakan tim hukum tengah mempelajari apakah komentarnya itu merupakan tindak pencemaran nama baik.

"Saya tidak tahu kenapa ia harus pergi dan bicara mengenai isu ini, tetapi ia seharusnya tidak bicara soal ini karena bisa merusak negara," kata Jakthip.

Paween mundur dari posisinya sebagai wakil komisioner Kepolisian Provinsi Wilayah 8 pada November dan mengatakan perintah memindahkannya ke Thailand selatan akan menjadikannya sasaran balas dendam anggota sindikat penyelundupan manusia yang masih bebas.

Pengunduran diri dia menimbulkan pertanyaan serius mengenai komitmen Thailand untuk mengakhiri praktik perdagangan manusia dan melindungi para petugasnya.

Penumpasan kelompok penyelundupan manusia oleh Thailand dilakukan, menyusul penemuan 36 mayat dalam kuburan di sebuah gunung dekat perbatasan Thailand-Malaysia pada Mei, yang memantik kemarahan internasional.

Thailand telah mengajukan kasus terhadap 88 tersangka perdagangan manusia, namun pemeriksaan sekitar 500 saksi dalam kasus itu bisa mengambil masa hingga dua tahun.

Paween menjadi saksi kunci melawan beberapa pejabat dan individu lain yang menghadapi dakwaan kriminal atas dugaan keterlibatan mereka dalam perdagangan manusia. Jakthip mengatakan tidak ada masalah dengan kasus perdagangan manusia tersebut, dan Paween merupakan satu-satunya polisi yang memunculkan tudingan intimidasi.

Baca:

Pengungsi Suriah-Warga Lebanon Tegang karena Persaingan Kerja

Tony Abbott Bela Komentarnya tentang Islam

Miliuner Arab Ini Menyesal Pernah Dukung Donald Trump

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement