Jumat 25 Dec 2015 17:49 WIB

Negara Belum Hadir Atasi Persoalan Buruh Migran

Rep: c25/ Red: Taufik Rachman
Kedatangan TKI Bermasalah di Tanjung Priok
Kedatangan TKI Bermasalah di Tanjung Priok

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kehadiran buruh migran memang berjasa cukup besar bagi negara karena memiliki andil bagi devisa. Namun, di sisi lain ternyata pemerintah belum bisa hadir untuk menangani persoalan-persoalan buruh migran.

"Pemerintah sangat bergantung dengan mereka tapi mengabaikan urusan perlindungan dan tanggug jawab pada keluarga buruh migran yang ditinggalkan di tanah," kata Rudi Wahyono, Direktur Eksekutif Center for Information and Development Studies (CIDES).

Ia menerangkan saat ini devisa dari buruh migran kepada negara menempati posisi tertinggi kedua, setelah pendapatan dari minyak dan gas. Rudi mengatakan buruh migran tergolong kelompok masyarakat yang rapuh dan rentan mengalami penderitaan berlapis, dari berbagai aspek seperti pendidikan, kesehatan dan sebagainya.

Sebagai contoh, lanjut Rudi, saat seorang perempuan berangkat menjadi buruh

migran, maka dia akan meninggalkan anak dan suaminya, yang tidak akan terpenuhi kebutuhan biologisnya. Menurutnya, buruh migran perempuan itu pun rentan mengalami eksploitasi, baik sebelum hingga di negarapenempatan.

Lulusan Master Ekonomi dari Cheng Kung University, Taiwan, tersebut berharap pemerintah harus lebih serius menghadirkan Nawacita bagi buruh migran. Sebab, menurut Rudi, salah satu poin Nawacita adalah menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan aman pada seluruh warga negara.

Rudi menambahkan saat ini ada empat juta orang buruh migran, dengan tiga juta di antaranya adalah perempuan dengan asumsi masing-masing mereka meninggalkan setidaknya dua orang anak. Dengan begitu, ada enam juta anak-anak Indonesia yang hidupnya jauh dari kasih sayang ibu, yang kalaupun sekolah di negara penempatan hanya mendapat sekolah informal."Ini peringatan serius bagi masa depan negara," ujar Rudi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement