Ahad 31 Jan 2016 20:18 WIB

Kemiskinan Membuat Warga Wangisagara Menjual Ginjalnya

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ilham
Jual Ginjal (Ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Jual Ginjal (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Desa Wangisagara, Gandi mengakui kehidupan warga di Desa Wangisagara masih tertinggal. Setiap hari, mayoritas warga hanya menjadi buruh tani dan pabrik. Angka kemiskinan di desa ini juga dianggap masih tergolong tinggi.

Menurut Gandi, ada sekitar 30 persen lebih warga di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat tersebut yang termasuk kurang mampu. Kondisi demikian bukan tidak mungkin akan membuat warga berpikir untuk menjual ginjal demi bisa bertahan hidup.

"Angka kemiskinan di desa kami memang masih di atas 30 persen. Memang masih tertinggal," kata dia, Ahad (31/1).

Gandi menilai, kondisi yang dialami warganya mengharuskan mereka menjual ginjal. Mereka sudah tidak menemukan jalan lain lagi selain mengambil jalan pintas menjual ginjal.

Kasus penjualan ginjal oleh warga Wangisagara mecuat beberapa hari terakhir. Karena itu, Gandi meminta warganya tidak lagi menjual organ tubuh apa pun kepada pihak mana pun. Namun, dia tidak punya solusi untuk persoalan keluarga masing-masing warganya.

"Mungkin sudah mentok, dan mau enggak mau berusaha dengan melakukan berbagai cara," kata dia. (Pengakuan Mereka yang Menjual Ginjalnya).

Gandi awalnya mengaku tidak mengetahui apa-apa soal kasus penjualan ginjal itu. Ia baru tahu melalui tayangan berita di televisi. Berdasarkan informasi yang Gandi terima, korban jual-beli ginjal dari desanya mulai merasa sakit dan tidak bisa banyak beraktifitas.

"Dari informasi mah sudah ada reaksi sakit sakitan," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement