Kamis 10 Mar 2016 08:11 WIB

Soal Hukum Syariat, Pemahaman Masyarakat Beragam

Rep: c25/ Red: Agung Sasongko
Petugas Wilayatul Hisbah (polisi syariat islam) membawa terpidana pelanggar peraturan daerah (qanun) syariat Islam menuju panggung eksekusi untuk menjalani hukuman cambuk di halaman Masjid Rukoh, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh, Selasa (1/3).
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Petugas Wilayatul Hisbah (polisi syariat islam) membawa terpidana pelanggar peraturan daerah (qanun) syariat Islam menuju panggung eksekusi untuk menjalani hukuman cambuk di halaman Masjid Rukoh, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh, Selasa (1/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penerapan hukum sesuai syariat Islam memang masih menjadi pro dan kontra. Pasalnya, masyarakat memiliki pemahaman beragam tentang hukum syariat.

Wakil Ketua Lembaga Pendidikan Tinggi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Jajang Jahroni mengakui, persentase dukungan masyarakat soal penerapan hukum syariat memang tinggi. Namun, dukungan itu dikatakan mengecil ketika hukum syariat diperinci, seperti pelaksanaan hukuman rajam dan cambuk.

"Dukungan terhadap hukum syariat selalu besar, tapi pemahaman hukum syariat juga akan beragam," kata Jajang.

Peneliti PPIM-UIN Syarif Hidayatullah itu menjelaskan, sebagian besar kaum Muslim selalu sepakat syariat merupakan petunjuk yang sangat baik. Persentase umat Muslim yang memberikan dukungan akan pemahaman hukum syariat secara umum bisa mencapai 75 persen.

Namun, dukungan akan penerapan hukum syariat mengalami pengurangan, yang terlihat dari turunnya dukungan atas perda-perda bersifat syariat. Dukungan pada 2000 yang tinggi, lanjut Jajang, terus mengalami penurunan pada 2005 serta 2007, dan terjadi hampir pada semua jenis perda syariat.

Jajang menambahkan, penurunan dukungan itu disebabkan masyarakat yang sudah tidak menganggap hukum syariat sebagai isu penting. Ia menegaskan, masyarakat saat ini memiliki keinginan yang lebih substantif, seperti berfokus ke pemerintahan yang bersih.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَا يَكُوْنُ مِنْ نَّجْوٰى ثَلٰثَةٍ اِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ اِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَآ اَدْنٰى مِنْ ذٰلِكَ وَلَآ اَكْثَرَ اِلَّا هُوَ مَعَهُمْ اَيْنَ مَا كَانُوْاۚ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِۗ اِنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
Tidakkah engkau perhatikan, bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tidak ada lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tidak ada yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia pasti ada bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari Kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

(QS. Al-Mujadalah ayat 7)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement