REPUBLIKA.CO.ID, Sekitar enam atau delapan tahun belakangan, fungsi tenun telah dikembangkan menjadi busana siap pakai. Oleh karena itu, selain ingin senantiasa mengangkat harta kekayaan kain bangsa, desainer Itang Yunasz juga hendak mengembalikan fungsi tersebut.
Itang mengatakan, dahulu tenun boleh dibilang memiliki nilai sakral tersendiri. Sekian lama, kain tenun juga belum banyak ditemukan sebagai busana. Keberadaannya ditampilkan dalam bentuk tertentu, semisal taplak meja.
"Misalnya hanya dipakai untuk taplak meja. Kemudian tenun dicoba dijadikan baju, tapi tidak semua orang bisa menikmatinya, melainkan hanya masyarakat level atas," kata Itang.
Dari situlah, Itang terdorong mengadopsi tenun lewat penerapan printing atau cetak, agar bisa dinikmati masyarakat yang lebih luas. Menyadari keindahan tenun, ia pun mengapresiasikannya lewat bentuk printing pada setiap baju rancangannya.
"Kita harus menjadi /trendsetter, meski motif lokal, tetap internasional look juga harus ditempatkan di depan supaya bisa diterima masyarakat luar juga," tambahnya.
Ada tak kurang dari 90 set busana Muslim wanita lewat label Kamilaa dan juga 30 busana siap pakai untuk pria dari label Preview yang mengadopsi motif kain dari berbagai penjuru Indonesia ini. Rancangannya ini membawa motif dari berbagai tempat, seperti tenun NTT, Makassar, motif prada Bali, batik Cirebon dan tenun Kalimantan.
Koleksi dihadirkan dengan warna gelap menenangkan maupun terang yang ingar bingar. Ada juga yang serbahitam dan serbaputih yang sarat aroma kekinian. Koleksi juga dipercantik oleh kalung-kalung yang terinspirasi dari motif tribal Papua, serta ikat pinggang. Tak ketinggalan, penutup kepala bergaya turban, iket, hingga kerudung.
Sementara, lebel Preview ditampilkan dalam koleksi baju koko dengan warna senada, corak berbeda. Berpadanan dengan aneka potongan celana sehingga dua koleksi tampil serasi.
