Senin 06 Jun 2016 20:43 WIB

Ini Cara Personel TNI Antisipasi Ancaman Proxy War

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Angga Indrawan
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo memeriksa ribuan personel TNI saat upacara serah terima Alih Kodal Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (3/3).
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo memeriksa ribuan personel TNI saat upacara serah terima Alih Kodal Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (3/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam menghadapi ancaman proxy war yang dapat mengganggu keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), perlu ada sosialisasi dan pemberian pemahaman tentang pembangunan ketahanan wilayah. Hal inilah yang dilakukan Pangkalan TNI AL (Lanal) Banten, yang berada di bawah jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) TNI AL, dengan menggelar kegiatan Komunikasi Sosial dengan sejumlah elemen masyarakat.

Menurut Komandan Lanal (Danlanal) Banten, Kolonel TNI, Dadang Somantri, kegiatan Komunikasi sosial ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya membangun ketahanan wilayah guna menghadapi ancaman nyata bangsa Indonesia saat ini, yaitu proxy war. "Tidak hanya itu, kegiatan ini juga memberikan pemahaman soal perlunya membangun kekuatan sosial yang sinergitas antara TNI dengan rakyat," ujar Dadang, Senin (6/6).

Kegiatan Komunikasi Sosial itu dihadiri oleh tokoh masyarakat, tokoh agama, siswa SMK Pelayaran, dan nelayan. Kegiatan itu pun digelar di Mako Lanal Banten. Lebih lanjut, Dadang mengungkapkan, pada saat ini, sorotan tajam mengarah pada tumbuhnya paham radikalisme, yang identik dengan kekerasan, dan fasisme, yang menghalalkan segala cara demi bisa mencapai tujuan. 

Hal ini, lanjut Dadang, tentu dapat merusak tatanan serta mempengaruhi pola pikir masyarakat, terutama generasi muda. Tidak hanya itu, Dadang mengungkapkan, isu tentang berkembangnya paham komunisme dan perederan narkoba sudah berada pada tingkat yang mengkhawatirkan. 

"Oleh arena itu, kita harus bisa memperrat persatuan dan kesatuan. Kegiatan Komunikasi Sosial ini diharapkan bisa mewujudkan komunikasi yang intensif antara prajurit TNI, khususnya TNI AL, dengan komponen masyarakat dan aparat pemerintahan. Sehingga akan terjalin hubungan emosional yang erat dan harmonis," tutur Dadang.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِى الْقَتْلٰىۗ اَلْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالْاُنْثٰى بِالْاُنْثٰىۗ فَمَنْ عُفِيَ لَهٗ مِنْ اَخِيْهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ ۢبِالْمَعْرُوْفِ وَاَدَاۤءٌ اِلَيْهِ بِاِحْسَانٍ ۗ ذٰلِكَ تَخْفِيْفٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ ۗفَمَنِ اعْتَدٰى بَعْدَ ذٰلِكَ فَلَهٗ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu (melaksanakan) qisas berkenaan dengan orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahaya, perempuan dengan perempuan. Tetapi barangsiapa memperoleh maaf dari saudaranya, hendaklah dia mengikutinya dengan baik, dan membayar diat (tebusan) kepadanya dengan baik (pula). Yang demikian itu adalah keringanan dan rahmat dari Tuhanmu. Barangsiapa melampaui batas setelah itu, maka ia akan mendapat azab yang sangat pedih.

(QS. Al-Baqarah ayat 178)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement