Kamis 16 Jun 2016 13:00 WIB

SDA, Infrastruktur, dan Konsumen Jadi Fokus Saratoga

Red:

JAKARTA -- PT Saratoga Investama Sedaya Tbk masih fokus pada sektor sumber daya alam, infrastruktur, serta produk dan jasa konsumen. Porsi infrastruktur merupakan yang terbesar seiring fokus pembangunan Indonesia. VP Hubungan Investor Saratoga Leona Karnali menjelaskan, tiga sektor ini merupakan kunci perekonomian Indonesia.

Saratoga terus memperhatikan portofolio dengan melakukan diversifikasi, baik dari sisi sektor maupun perusahaan. Saat ini, porsi infastruktur mencapai 56 persen dan sumber daya alam 37 persen dari total portofolio. "Sektor infrastruktur punya porsi lebih besar meningat kesesuaian fokus pembangunan Indonesia," ujarnya di Jakarta, Rabu (15/6).

Ke depan, Saratoga akan meningkatkan portofolio sektor produk jasa konsumsi yang saat ini masih tujuh persen. Untuk tetap tumbuh, Saratoga disiplin memilih investasi baru dengan hati-hati. Dalam setahun, Saratoga mampu mengumpulkan lebih dari 100 peluang investasi dan menentukan dua atau tiga investasi baru tiap tahun.

Pada 2015 lalu Saratoga berinvestasi di sektor infrastruktur melalui PT Agra Energi Indonesia dan PT Batu Hitam Perkasa (Paiton Energy). Pada kuartal I 2016 Saratoga sudah melakukan investasi baru di perusahaan jaringan pendinginan produk konsumsi (cold-chain), PT Mulia Bosco Logistik, yang beroperasi di Sumatra, Jawa, dan Bali. Hingga saat ini, Saratoga berinvestasi di 11 perusahaan terbuka dan 11 perusahaan tertutup.

Presiden Direktur Saratoga Michael WP Soeryadjaja mengatakan, untuk sektor infrastruktur tahun ini, Saratoga fokus investasi di PT Adaro Energy Tbk pasca-Mei lalu mencapai kesepakatan pembiayaan untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 2x1.000 megawatt Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Pembangunan PLTU Batang akan dimulai dan ditargetkan mulai beroperasi komesial pada 2020. "Nilai investasi proyek ini sebesar 4,2 miliar dolar AS. Ini salah satu proyek besar di Indonesia," ujar Michael.

 

Awal Juni ini, Adaro juga menandatangani kesepakatan penjualan saham (share sale agreement) dengan BHP Minerals Holdings Pty Ltd dan BHP Minerals Asia Pacific Pty Ltd untuk pembelian dan pengambilalihan seluruh saham proyek Indomet Coal dengan nilai transaksi 120 juta dolar AS. Proyek Indomet Coal terdiri atas tujuh perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara (PKP2B) di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.

Sementara, untuk infrastuktur perhubungan seperti jalan tol, Saratoga belum akan melakukan ekspansi setelah proyek tol Cikopo-Palimanan (Cipali) sepanjang 116,75 kilometer berhasil diselesaikan PT Lintas Marga Sedaya dan beroperasi pada Juni 2015. Panjang ruas tol yang dikerjakan Lintas Marga Sedaya ini sekitar 10 persen panjang tol di Indonesia. Michael mengaku, Saratoga juga tertarik berinvestasi ke usaha rintisan (start-up business) yang mulai bermunculan.

Bagikan dividen

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Saratoga Investama Sedaya Tbk memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp 32 per lembar saham atau 9,4 persen dari laba yang diatribusikan kepada pemilik perusahaan tahun buku 2015. Pembagian dividen perseroan berkode emiten SRTG merupakan yang pertama kali sejak IPO Saratoga dilaksanakan pada 2013. Menurut Michael, keputusan RUPS untuk membagikan dividen di tengah kondisi ekonomi yang masih penuh tantangan merefleksikan komitmen perusahaan dalam memberikan nilai optimal kepada pemegang saham.

"Dukungan pemegang saham merupakan sumber kekuatan utama bagi pertumbuhan bisnis perusahaan secara jangka panjang dan berkelanjutan," ujarnya. Salah satu transaksi yang membuktikan kemampuan solid Saratoga dalam menciptakan nilai (value creation) adalah divestasi kepemilikan saham Saratoga di PT Pulau Seroja Jaya senilai Rp 98 miliar yang menghasilkan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 48 persen dalam periode delapan tahun. "Aktivitas investasi dan divestasi kami dilakukan untuk menciptakan nilai dan mendorong pertumbuhan perusahaan investasi kami, sehingga dapat meningkatkan nilai strategis dan keuntungan finansial bagi para pemegang saham," kata Michael.   rep: Fuji Pratiwi, ed: Muhammad Iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement