Selasa 21 Jun 2016 15:00 WIB

Rob Hancurkan Ratusan Hektare Tambak Bandeng

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Friska Yolanda
Seorang warga berjalan di areal tambak udang yang mengering di desa Sukadadi, Kecamatan Arahan, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (21/10).
Foto: NTARA FOTO/Dedhez Anggara
Seorang warga berjalan di areal tambak udang yang mengering di desa Sukadadi, Kecamatan Arahan, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (21/10).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Gelombang pasang air laut atau yang dikenal dengan istilah rob telah membuat ratusan hektare areal tambak bandeng di Kabupaten Indramayu hancur. Para petambak pun mengalami kerugian yang besar.

Kondisi itu terjadi pada areal tambak di Blok Waledan, Desa Lamarantarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu. Di desa tersebut, sedikitnya ada 700 hektare tambak yang hancur tersapu rob yang terjadi pada pekan pertama Juni 2016 lalu.

“Rob menyebabkan air di dalam tambak menjadi limpas,” ujar seorang petambak setempat, Carwita, Selasa (21/6).

Carwita membudidayakan ikan bandeng di areal tambak seluas empat hektare. Ikan bandeng itu telah berumur tiga bulan. Namun, rob yang terjadi pada awal Juni itu membuat air dalam tambaknya menjadi limpas. Akibatnya, seluruh ikan bandeng yang dibudidayakan dalam tambak menjadi hanyut.

Carwita mengaku telah mengeluarkan modal sekitar Rp 3 juta per hektare. Modal tersebut digunakan untuk membeli bibit bandeng dan biaya pemeliharaannya selama tiga bulan terakhir.

Kondisi serupa dialami petambak lainnya, Sano. Dia telah kehilangan seluruh ikan bandeng di lahan tambak seluas delapan hektare miliknya. “Hanyut terbawa rob,” keluhnya.

Ikan bandeng yang dipeliharanya itu telah berumur lima bulan. Ikan bandeng tersebut akan dipanennya sebulan lagi. Sano pun mengalami kerugian Rp 5 juta per hektare.

Saat ini, Carwita, Sano dan para petambak lain di blok tersebut sedang berusaha membersihkan areal tambak yang rusak dan kotor tersapu rob. Mereka pun berupaya meninggikan tanggul tambak agar tak mudah mengalami limpas ketika terkena rob dan hujan deras.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement